Kamis, 05 Januari 2012

Menuju Hati Yang Bersih

Bismillah,



Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad ini, dan apabila rusak, maka rusaklah seluruh jasad ini. Ketahuilah, ia adalah hati.” (Al-Bukhari, nomor 52; Muslim, nomor 1599)
Berangkat dari hadits tersebut, saya mencoba untuk memaparkan ringkasan singkat sebuah ebook yang berjudul “Menuju Hati yang Bersih”, yang ditulis oleh Khalid bin Abdullah Al-Mushlih. Meskipun masih jauh dari sempurna, semoga ringkasan ini bisa menjadi manfaat untuk kita semua yang ingin membersihkan hati karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari hadits diawal tadi telah ditegaskan bahwa ujung tombak dari baiknya jasad adalah hati, namun hal lain yang dapat menegaskan pentingnya kita memperhatikan kondisi hati, memperbaiki, menyucikan dan membersihkannya dari berbagai penyakit dan noda serta menghiasinya dengan keutamaan-keutamaan adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan hati sebagai pusat perhatian-Nya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut,
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad atau bentuk kamu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu”, beliau menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.” (Muslim, no. 2564)
Dijelaskan pula bahwa sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitab suci-Nya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para rasul untuk menyucikan hati, membersihkan dan memperindahnya. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala menuturkan,
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57).
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepadamereka Al-Kitab dan Al-Hikmah.” (Ali Imran: 164).
Hati adalah tempat ilmu pengetahuan; melalui hati, seseorang dapat mengenal Tuhannya, dan dengannya pula ia dapat mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, serta dengan hati pulalah ia dapat menghayati ayat-ayat syar’iyah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan hati pulalah seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyah, yaitu ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada di jagad raya ini dan yang ada di dalam jiwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46).
Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Keutamaan itu tidak diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, benar lagi sesuai dengan sunnah (Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam) dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati.” (Al-Mahajjah fii Sairid Dajlah, halaman 52)
Hal lain lagi yang menekankan pentingnya kita menjaga hati adalah bahwa di antara sifat hati dan karakter utamanya yang menonjol adalah mudah berbalik dan suka berubah. Hati sangat mudah berubah, gampang berbuat dan tidak menentu.
Imam Ahmad telah meriwayatkan di dalam kitab Musnad-nya, hadits yang bersumber dari Miqdad bin Al-Aswad radhiyallahu ‘anhu. Ia bertutur, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh mendidih.” (Al-Musnad, hadits no.24317)
Kemudian Al-Miqdad berkata, “Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa).” Ia mengulangi ucapannya itu tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati itu adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati. Maka dari itu, doa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang sering beliau ucapkan adalah seperti yang terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad dimana diriwayatkan hadits yang bersumber dari Ummi Salamah radhiyallahu ‘anha. Ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam sering sekali berdoa, Ya Allah, Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku ini pada agama-Mu.” (Al-Musnad, hadits no. 27054)
Dijelaskan pula bahwa kebaikan kebersihan dan keistikamahan hati tidak akan bisa dicapai kecuali dengan membersihkannya dari berbagai penyakit dan melindunginya dari berbagai noda yang dapat merusaknya. Penyakit dan noda tersebut pada intinya ada lima macam dan semua itu merupakan sumber segala penyakit dan bencana. Barangsiapa yang selamat darinya, maka selamatlah ia.
Kelima macam yang menjadi inti dari penyakit hati adalah sebagai berikut :
1. Syirik (baik besar maupun kecil)
2. Melakukan bidah dan menyalahi sunnah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam
3. Mematuhi kehendak nafsu syahwat dan melakukan dosa-dosa
4. Masalah-masalah syubhat (hal yang belum jelas) yang membutakan dari kebenaran dan menyesatkan manusia.
5. Lalai
Itulah beberapa pokok penyakit hati telah jelas dan pintu hatimu telah diketuk. Maka, segeralah bertekad sekuat kemampuan untuk menghindarinya dan berupaya untuk selamat darinya, sebab kesucian hati dan keistikamahannya tidak mungkin diperoleh kecuali dengan upaya yang sungguh-sungguh dan mencari jalan untuk memperoleh keselamatan.
Sesungguhnya, hasil akhir itu sangat tergantung kepada langkah-langkah awal yang diambil. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan dari penyakit-penyakit di atas, hendaklah ia menempuh jalannya, sebab kapal atau bahtera tidak akan dapat berjalan di lautan yang kering.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4).
Maka jagalah Allah, niscaya ia menjagamu; dan jagalah Allah, niscaya engkau mendapatkan-Nya di hadapanmu.
Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan hadits yang bersumber dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Ia bertutur, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Apabila seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan apabila ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berjalan cepat.” (Shahih Bukhari, no. 7405)
Setiap penyakit pasti ada obatnya, karena itu mari kita bulatkanlah tekad dan menyingsingkanlah lengan baju di dalam mencari keselamatan dari penyakit-penyakit yang mematikan tersebut di atas.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam telah bersabda,“Tiada penyakit yang diturunkan Allah, melainkan pasti ada obatnya.” (Shahih Bukhari, no. 5678)
Dan berikut ini adalah obat atau cara yang dapat kita jadikan untuk membersihkah hati kita kembali :
1. Memahami dan mengambil pelajaran dari berita-berita yang terkandung di dalam Al-Qur’an Al-Karim
2. Berusaha untuk mencurahkan cinta kepada Allah subhanahu wa Ta’aala.
3. Berzikir atau mengingat Allah subhanahu wata’aala.
4. Tobat nasuha dan banyak beristigfar (minta ampunan).
5. Berdoa kepada Allah dan banyak meminta kepada-Nya agar Allah memperbaiki dan membersihkan hati dan memberinya petunjuk.
6. Sering mengingat kehidupan akhirat.
7. Membaca dan mempelajari sejarah kehidupan kaum salaf shalih (para ulama terdahulu).
8. Bersahabat dengan orang-orang salih, bertakwa dan berbuat kebajikan.
Semoga dari ringkasan ini dapat bermanfaat bagi diri kita masing-masing, terlebih kepada saya, dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’alasenantiasa mengukuhkan hati kita didalam agama-Nya, semoga kita dapat membersihkan hati kita dari noda dan dosa yang ada didalam hati kita.
Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar