Jumat, 21 September 2012

Allah...Allah...Allah


Jun 30, '08 11:44 PM
untuk semuanya
Sepanjang perjalanan hidup dan kehidupan, seorang hamba senantiasa dituntut untuk berusaha menjaga, memperbaiki dan meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan dalam menghambakan diri kepada Allah swt. Di mana mereka harus sadar akan posisi dirinya sebagai hamba Allah ('abid) yang harus taat dan tunduk terhadap segala titah-Nya, sebagai yang disembah (al-ma'bud) dalam kondisi apa pun adanya.
Dalam menuju kesana banyak cara yang ditempuh sesuai dengan cara dan pendekatan bermacam-macam dan berbeda-beda, antara lain, dengan mengasingkan diri dari keramaian, menjauhkan diri dari kehidupan materi, memilih hidup sederhana. Aktifitas-aktifitas semacam itu kemudian disebut dengan kehidupan asketis (zuhud). Semua perjalanan yang dilalui itu adalah semata-mata dalam rangka menemukan tujuan hidup hakiki yang merupakan kebahagiaan yang kekal dan abadi.
Dalam perkembangan selanjutnya, perjalanan spiritual yang demikian itu kemudian dikenal dengan perjalanan dan pengalaman sufistik. Sedangkan tujuan dari perjalanan sufistik tersebut adalah semata-mata untuk memperoleh hubungan langsung dan didasari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di Hadirat Allah swt.
Intisari dari ajaran sufisme ini adalah kesadaran adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Allah dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Adapun kesadaran berada dengan Allah itu dapat mengambil bentuk ittihad (penyatuan diri dengan Tuhan), hulul (manifestasi Tuhan dalam diri manusia), ma'rifat (Melihat-Nya) ataupun mahabbah (Mencintai-Nya).
Dengan berbagai metode dan pendekatan yang ditempuh seorang sufi seperti itu, maka dalam kaitan ini, Imam Jakfar Ash-Shadiq pernah mengatakan, bahwa dalam beribadah kepada Allah akan ditemui tiga macam bentuk:
Pertama, kaum yang menyembah Allah karena takut. Yang demikian itu adalah ibadahnya hamba sahaya;
Kedua, kaum yang menyembah Allah kerena untuk mengharapkan imbalan. Yang demikian adalah ibadahnya para pedagang; dan
Ketiga, kaum yang menyembah Allah karena rasa cinta (mahabbah). Yang demikian adalah ibadahnya orang merdeka. Inilah ibadah yang paling utama. Dengan demikian, jelaslah bahwa menyembah Allah karena cinta adalah ibadah tingkat tinggi dalam rangka mencari ridha Allah swt.
Pada dasarnya tuntunan dan ajaran tasawuf adalah menekankan pada asfek esoteris (batin) dan bukan pada eksoteris (lahir), maka dalam praksisnya seseorang salik (pelaku tasawuf) senantiasa ingin mensucikan dirinya dari hal-hal yang kotor yang masih melekat pada hati dan jiwanya.
Dia berusaha mengisinya dengan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, sehingga tidaklah berlebihan apabila seorang salik hatinya tidak bisa dilepaskan dari keinginan untuk mendekat kepada kekasihnya, yaitu Allah swt. Banyak jalan yang ditempuh olehnya, antara lain dengan banyak berdzikir kepada Allah, maupun memperbanyak amalan-amalan shalih lainnya.
Oleh karena itu, terdapat ungkapan yang berbunyi, "Apabila Islam dipisahkan dari aspekesoterisme-nya, maka ia hanya menjadi kerangka formalitas saja, sehingga orang-orang yang rasionalistik hanya menerima Islam sebagai keformalan semata. Apabila kerangka tersebut tidak dibalut dengan daging dan kemudian dihidupkan, sesungguhnya keindahan Islam tidak akan pernah ditemukan.
Dalam tradisi keberagamaan ummat Islam, motivasi ibadah ummat awam lebih cenderungbersifat simbolistik- formalistik. Mereka beribadah hanya bermotifkan mencari pahala surga dan menjauhi neraka. Mereka menganggap surga dan neraka adalah tujuan akhirnya. Mereka tidak tahu bahwa tujuan yang lebih berarti dan bermakna dari ibadah tersebut.
Ibarat seorang anak kecil yang dipaksa masuk sekolah (SD) oleh ibunya, karena sang anak tidak tahu tujuan dari pendidikan maka ibu memberikan motivasi berupa hadiah, kalau anaknya mau masuk sekolah akan diberikan baju baru, dan kalau naik kelas akan diberikan sepeda mini, dan terus sampai anaknya tamat SD masih tetap dimotivasi dengan hadiah-hadiah dan kalau sang anak tidak mau sekolah akan diancam dengan hukuman.
Ketika sang anak sudah masuk SMP, dia sudah mulai tahu hakikat sekolah, dia mulai mengerti untuk apa sekolah, tujuannya bukan untuk mendapatkan sepeda mini, bukan untuk menghindari hukuman, tapi tidak lain untuk mencerdaskan dirinya sebagai bekal dalam menempuh kehidupan.
Sungguh, betapa banyak ummat Islam beragama seperti anak kecil yang masuk sekolah karena hadiah, dan sangat disayangkan akan terus demikian tanpa tahu hakikat beragama.
Tentang hakikat beragama, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kitab ibarat tongkat yang diperlukan untuk berlatih agar bisa  berjalan, ketika sudah pandai berjalan maka tongkat itu tidak diperlukan lagi dan justru akan memperlambat perjalanan. Betapa banyak orang yang terus memeluk dengan erat kitab/buku, terus asyik dengan dalil sampai akhir hayatnya, merasa sudah pandai berjalan padahal tidak pernah menempuh perjalanan.
Tujuan hidup yang hakiki adalah menemukan Allah, memandang keindahan wajah-Nya yang kekal abadi, barulah kemudian menghambakan diri dan mencintainya dengan sebenar-benar cinta, dari sanalah sumber hikmah dan karunia mengalir dengan deras, laksana guyuran air hujan dari langit.
Menurut al-Ghazali, cinta kepada Allah merupakan benih kebahagiaan, dan kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para sufi, sebagai buah pengenalan terhadap Allah swt (ma'rifatullah).
Menurut Jalaluddin Rumi, kebahagiaan tertinggi dalam perjalanan hidup adalah terletak pada pengetahuan sejati tentang Allah swt (Ma'rifatullah). Yang dapat diperoleh langsung melalui pengalaman bathin, yaitu hati (intuisi) yang bersih dan jernih akan materi-materi lewat bimbingan seorang Guru Mursyid yang Kamil dan sangat pengerti keadaan spiritual muridnya. Bukan dengan pendekatan intelektual- teologi, filsafat, atau indera lahiriah semata.
Rumi juga memandang bahwa ma'rifat adalah buah dari fana'. Dengan kata lain, ke-fana'-an adalah ma'rifat itu sendiri. Disinilah Rumi menemukan kebahagiaan tertinggi, yaitu ketika ia sampai pada tahap ke-fana'-an atau penyaksiaan kesatuan.
"Sesaat engkau fana pada-Ku, lebih baik itu pada dari engkau beramal seribu bulan", fana'  itulah hakikat dari Lailatul Qadar, apabila orang menemukan malam itu lebih baik dari beribadah selama 1000 bulan.
Adapun bagi Rabi'ah al-Adawiyah, kebahagiaan tertinggi adalah terletak pada kasyf(terbuka hijab untuk bisa melihat Allah), yang terungkap dalam syairnya tentang cintanya, yaitu :
"Cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu
Mengungkapkan tabir hingga Engkau kulihat"
Dengan demikian, tujuan cinta Rabi'ah adalah pencarian Kasyf (dapat melihat Allah) itu sendiri, sehingga tak tampak sedikitpun selain-Nya. Seperti yang di Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 113:
"….dimanapun engkau memandang disitulah Wajah Allah"
Al-Qur'an telah menggambarkan kepada kita betapa Maha dasyatnya memandang wajah Allah swt, surga dan seluruh isinya tidak akan bisa mengalahkan kebahagiaan memandang wajah-Nya, bahkan digambarkan kebahagiaan tertinggi penduduk surga adalah memandang wajah-Nya.
Masihkah kita berusaha berebut kapling di surga kalau sudah tahu bahwa kebahagiaan itu bukan disana?
Kebahagiaan itu adalah disaat kita bersama-Nya, menikmati perjamuan-Nya, memandang wajah-Nya, dari sanalah timbul rasa cinta yang menggelora, cinta yang menggetarkan seluruh jiwa dan raga, cinta yang tidak mampu ditulis walau seluruh air laut jadi tinta dan ranting kayu jadi pena.
Cinta yang membuat Saidina Ali tidak merasakan pedih kakinya saat panah dicabut, cinta yang membuat Rabi'ah tidak merasakan pedih matanya tertusuk duri.
Inilah jalan kesufian, jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang benar-benar bisa merasakan kehadiran-Nya, merasakan getaran cinta-Nya setiap saat, inilah tujuan hidup hakiki….
 
Yaitu Berjumpa dengan SANG KEKASIH.

Kata Mutiara Islam Menyentuh Kalbu

Kata Mutiara Islami
  • Pada suatu hari, Umar bin Khatab bertanya kepada gurunya: "Apakah cinta sejati itu?" Sang guru menjawab : "Berjalanlah lurus di taman bunga yang luas, petiklah satu bunga yang terindah menurutmu & jangan pernah berbalik kebelakang." Kemudian Umar melaksanakannya & kembali lagi dengan tangan hampa. Gurunya bertanya, "Lho, mana bunganya?" tanya sang guru. Umar menjawab, "Aku tak bisa mendapatkannya guru, sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berpikir lagi pasti ada yang lebih bagus didepan sana, dan ketika aku telah sampai diujung taman. Aku tersadar bahwa yang aku temui di awal tadi itulah yang terbaik! Tetapi aku tidak boleh menoleh kebelakang kembali, bukan? Sang guru berkata, "Seperti itulah CINTA, semakin kita mencari yang terbaik, maka tidak akan pernah sekalipun kita menemukannya. Maka jangan pernah sia-siakan cinta yang pernah tumbuh di hati kita, karena waktu takkan pernah kembali".
Kata Mutiara Islami Tentang Ramadhan
  • Kebijaksanaan orang lain sulit dipelajari, namun pengetahuan orang lain bisa untuk kita pelajari. Puasa Ramadhan, itu seperti cinta pertama, pada hari pertama rasanya gelisah, tetapi pada hari-hari akhir akan memberi kita kenyamanan.
Kata Mutiara Islami
  • Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...
Kata Mutiara Islami
  • "Sebagai umat muslim, kita harus tahu dan ingat bahwa orang kafir tidak akan tidur nyenyak ketika islam merdeka. Seperti yang telah diterangkan dalam QS. Al Baqarah: Bahwa orang yahudi tidak akan rela, sehingga kamu mengikuti agama mereka"
Kata Mutiara Islami
  • "Bismillahirahmanirrahim...renungan malam. Jangan sampai iman pudar lalu hawa nafsu yang menang. Ketika itu terjadi, maka cinta Allah yang agung tidak akan pernah bisa diindera dan dirasa. Cinta akan antar manusia pun hanya akan berubah menjadi malapetaka dan keinginan kita menuju surga (Jannatullah) akan sirna. Riwayat Sahabat Ali Bin Abi Tholib dalam Hadist Riyadusholihin"
Kata Mutiara Islami
  • "Aku muslim, tapi aku bukan muslim karena aku tak tahu tujuan kemuslimanku, karena aku tak ada petunjuk untuk mencapai kemuslimanku. Jangan mempermasalahkan dirimu, jikalau esok kafir lebih melenakanku, jangan mempermasalahkan orang sekitarku jika kafir lebih menjadi keutamaanku. Dimana cahaya islam itu?"
Kata Mutiara Islami
  • "Dunia yang kita pijak sekarang ni hanyalah tempat tinggal sementara. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa mengingatkan kepada diri kita masing-masing tujuan hidup kita di dunia ini"
Kata Mutiara Islami
  • "Apabila kita hidup hanya untuk hidup kita, niscaya hidup akan terasa singkat. Berawal dari lahirnyakita dan berakhirnya hidup kita yang terbatas. Tetapi jika kita hidup karena hal lain, yaitu hidup karena perjuangan maka sesungguhnya hidup ini akan terasa panjang dan mendalam. Berawal dari munculnya manusia dan berakhirnya dengan hilangnya manusia dibumi ini"
Kata Mutiara Islami
  • "Dunia adalah setitik air ditengah lautan. Dunia adalah penjara mukmin dan surga bagi kaum kafir. Hiduplah didunia laksana musafir, menatap orang yang berada di bawah dan siapkan bekal untuk kematian"
Kata Mutiara Islami
  • "Bahagianya hidup dengan manisnya iman dan menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Hidup diatas keyakinan dan ketergantungan. Merendahkan diri serta bertawakal, sungguh segala seusatu pasti kembali kepadaNya"
Kata Mutiara Islami
  • "Nikmat sehat akan terasa jika kita pernah sakit. Nikmat harta akan terasa jika kita pernah susah, dan nikmat hidup akan terasa jika kita pernah mendapatkan musibah. Musibah adalah awal dari kenikmatan hidup"
Kata Mutiara Islami
  • "Ilmu adalah cahaya yang Allah tempatkan didalam hati seseorang. Dalam meraih atau mencapai cahaya itu diperlukan Ittiba (mengikuti Nabi Muhammad SAW) dan menjauhkan diri dari hawa nafsu serta perbuatan bid'ah (Kata Imam Adz-Dzahabi)
Kata Mutiara Islami
  • "Sebuah ujian dan cobaan adalah suatu kesulitan. Dimana kesulitan harus kita hadapi dengan senyuman yang layak untuk disanjung dunia, senyuman optimis menembus telaga air mata"
Kata Mutiara Islami
  • "Akankah kuat kaki ini melangkah? bila disapa duri yang menanti...Akan kaburkah mata yang menatap?pada debu yang pasti hinggap...
Kata Mutiara Islami
  • "Sinar terang berada pada ufuk... sambaran petir memeluk lapisan bumi. Setangkai bunga diantaranya... menyembunyikan diri pada kekuatan. Manusia akan merasa bahwa ia adalah makhluk apabila mengerti bagaimana dan apa arti kehidupan. Bukan hanya sekedar membuka mata dan bersandar pada kursi bergoyang. Berjalan melewati duri menjadi pengharum antara sakit dan sabar. Berpegang tangan melingkari setangkai bunga mawan menjadikan sebuah kekuatan baru"
Kata Mutiara Islami
  • “Waspadalah terhadap tiga orang: pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu. Juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu.”
Kata Mutiara Islami
  • "Jika kamu mendengar berjangkitnya wabah penyakit menular di suatu negeri, janganlah kamu memasuki negeri itu, dan apabila wabah berjangkit sedang kamu ada di negeri itu, janganlah kamu keluar dari negeri itu" (HR. Bukhari)