Senin, 31 Oktober 2011

Allah Maha Hidup


Selama ini dalam kesadaran sepertinya kita merasa Allah itu adalah Rabb, Yang Memelihara tetapi kadang tidak terasakan Allah itu Hidup.
Setiap pagi atau sore kita baca dalam Al Matsuraat – dimulai dengan Al Fatihah dan diakhiri Doa Rabithah – yang kalau direnungkan ternyata sangat luas maknanya, sangat tergetar kedalam kalbu mendapatkan kesadaran dan pengetahuan yang hakiki bahwa Allah itu Hidup. Allah itu berinteraksi dengan mahluknya.
Kalau merenungkan lagi isi Al Matsuraat, menengok kembali arti yang kita baca,  maka secara logika adalah mustahil terjadi proses yang terhambat dalam menuju Allah, proses yang seperti “sulit” dalam menyatukan langkah ini, mustahil dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas ini, hati tidak bersatu. Coba kita tengok lagi betapa semuanya merupakan sebuah permohonan agar ketika kembali kepada-Nya kita dijauhkan dari perbuatan yang malah menjauhkan diri dalam mendekati-Nya.
Karena Allah Maha Hidup maka doa demi doa untuk menyatukan kalbu ini bisa kita rasakan responsnya dari Allah, kecuali memang doa itu dibacakan tidak dengan sepenuh jiwa, hanya sampai lidah saja, hanya sampai bacaan saja, tidak menghujam kedalam doa itu sendiri yang disampaikan dengan rasa khusyu, rasa rendah hati, rasa harap, rasa pasrah dan rasa menantikan respons Allah atas doa yang kita panjatkan. Doa Al Matsurat adalah sebuah interaksi dengan Allah.
Bahkan dalam shalat-shalat itu, sebuah ibadah yang sudah ditentukan tata cara dan waktunya, langsung diberikan Allah kepada Rasulullah ketika Mi’raj merupakan sebuah wahana interaksi yang intim dengan Allah, sebuah ibadah yang mengukuhkan dimana doa-doa kita dipanjatkan dan gerakan-gerakan kita dijadikan sebagai bagian dari proses menuju pencapaian kepada Nya.
Dalam satu istilah Shalat itu sebagai sebuah latihan untuk pulang kepada Nya, dimana Ruh ini akan dipanggil pulang. Sedangkan bulan Ramadhan adalah pelatihan besar untuk merasakan bagaimana Ruh ini akan pulang tidak tergantung kepada jasad, bagaimana kesadaran akan pulang kepada Nya itu menjadikan diri ini berada dalam Taqwa, kondisi terbimbing Allah, kondisi tersambung terus kepada Allah, seperti halnya gelombang telepon seluler kita yang ingin selalu tersambung, manakala terputus terasa sekali kekosongan.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2:255)
Allah mendengarkan semua doa kita. Allah mengetahui semua desiran hati kita, bahkan Allah tahu keluhan kita, kekesalan dan kesedihan kita. Allah Mendengar semua itu karena Allah itu HIDUP !
Bahkan Allah berinteraksi dengan mahluknya, memelihara semua apa yang ada di alam semesta, Allah yang menggerakkan semuanya. Galaksi Bima Sakti dimana ada Sistem Tata Surya, Allah lah yang menggerakkan dan memeliharanya. Milyaran bintang, galaksi yang jutaan tahun cahaya luasnya serta semua alam semesta yang masih belum diketahui manusia ujungnya dan luasnya, semua Allah yang menciptakan dan memeliharanya.
Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Allah senantiasa bersama kita dimanapun kita berada, ketika sendiri, ketika bersama, ketika kelelahan dan mengantuk karena tadarus, ketika membaca Al Matsurat, ketika berpuasa, ketika shalat, ketika shalat dhuha, ketika bersilaturahmi dan ketika mengikuti halaqah, mengikuti semua langkah dan desiran hati kita.
Sungguh luar biasa ! Bahwa Allah itu Maha Hidup dan terus menerus memelihara kita. Mungkin kita mengatakan, aneh sekali baru tahu bahwa Allah Hidup itu khan sudah menjadi pengetahuan dan materi dasar tarbiyah. Bukan-bukan itu sebenarnya, namun ketika Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Kalbu ini maka seperti dalam beberapa ayat Al Quran, kita ini menjadi hidup, ruh kita seperti dinyalakan yang dalam bahasa Al Quran diberikan Nur Allah sehingga semakin jelas kemana arah perjalanan diri, arah perjalanan organisasi seharusnya dan arah dari kehidupan manusia ini.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (2:257)
Seperti halnya sesuatu yang hidup maka akan berinteraksi dengan yang hidup. Kita manusia adalah mahluk hidup, Allah adalah Zat Yang Hidup, maka nalar kita akan mengatakan bahwa sebenarnya membaca ayat-ayat Qauliyah itu tidak lain adalah berinteraksi dengan Yang Hidup, maka akan kita rasakan pula interaksi itu, maka akan dirasakan respons dari Zat Hidup ketika membacakan baris-baris kalimat dalam Al Quran, termasuk didalamnya sejarah, penjelasan tentang hukum-hukum, keterangan tentang akhirat dan tentang Allah sendiri tatkala doa demi doa dalam baris-baris kalimat yang teruntai dalam Al Quran kita bacakan. Seperti dalam Ali Imran 190-194.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
Maka ketika membacakan ini teringat bagaimana Rasulullah meneteskan air mata karena betapa dahsyatnya dirasakan oleh Kalbu orang beriman untaian ayat-ayat yang sering kita dengar atau kita baca ini. Betapa permohonan kita kepada Zat Yang Hidup ini terasa sekali indahnya, terasa bahwa Allah mendengarkan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan dalam bacaaan Al Quran, apalagi jika disampaikan dalam shalat, terasa sekali menggugah, membangkitkan ruh dan seperti didalam kalimat terakhir doa itu “Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
Yakin bahwa itu MAHA HIDUP maka hati ini menjadi hidup, tidak khawatir akan masa depan karena Allah yang akan memelihara kita, tidak cemas dengan langkah-langkah dakwah, langkah-langkah tugas di pekerjaan karena Allah Maha Hidup, yang akan menjaga kita. Semua dipasrahkan kepada Allah.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64:11)
Allah yang mengatur semua urusan di alam semesta ini sampai detil-detil. Perjalanan hidup kita sampai detik ini ketika membaca tulisan ini merupakan sesuatu yang sudah ditentukan Allah, ketika ketika membaca, ketika mempersepsikan, menilai, menafsirkan apa saja tulisan ini semuanya atas izin Allah. Bahkan menyempatkan membaca juga merupakan sesuatu yang karena izin Allah. Termasuk juga penulis menggerakan tuts keyboard sebagai bagian dari doa-doa dalam perjalanan kepada Allah, Dia
Yang Maha Hidup yang menggerakkan. Sungguh sebuah kondisi yang semuanya memang sangat bergantung kepada Allah.
Kadang kita menggantungkan diri kepada akal, otak, usaha dan kepandaian sendiri. Dengan berbagai planning yang detil, perhitugan yang matang, rasa percaya diri yang kuat namun Allah lah yang semuanya mengatur. Allah yang memberikan putusan akhir.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (3:159)
Jadi kalau ada seorang ilmuwan terkenal dari Inggris, Stephen Hawking yang mengatakan setelah riset bertahun-tahun, tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, tetapi konsekuensi hukum fisika, sungguh sebuah temuan yang sangat mundur yang jauh dari pendapat ilmuwan sebelumnya.
Dengan tadarus itu maka semakin terbuka bagaimana sifat-sifat Allah lainnya. Allah Maha Hidup, itulah yang menyebabkan selalu ingin dekat kepada Nya, selalu itu yang dibicarakan dalam setiap pertemuan, dalam perbincangan di pengajian karena kepada Allah kita akan pulang.
Sungguh umat yang indah dimana doa-doa dipanjatkan, doa-doa didengarkan Allah maka terasa sekali sebuah keharmonisan dengan kehendak-Nya dalam peribadahan kita, dalam tadarus kita karena semuanya tidak lain mengharap Ridha Allah.
SEMOGA BERMANFAAT.......................

Shalat ‘latihan pulang’ kepada Allah


Dalam Al Quran bertebaran ayat-ayat yang menjelaskan Shalat, sebuah ibadat yang dianugerahkan kepada umat Nabi Muhammad ketika Miraj. Kewajiban shalat lima waktu yang nyaris kita lupakan karena sudah terlalu rutin. Rukun Islam kedua sesudah Syahadat yang sangat bermakna, syarat dengan nilai dan bisa dikatakan dalam perjalanan menuju Allah, menunggu kita masing-masing dipanggil, Shalat merupakan sebuah pelatihan pulang kepada Allah.
Shalat merupakan ibadat yang dimulai dari Takbir dan diakhiri dengan Salam dan tata caranya sudah ditentukan secara teliti oleh ayat-ayat Al Quran dan dipraktekan oleh Rasulullah.
Shalat adalah menghadap-Nya dengan tata cara dan waktu yang sudah ditentukan – meski ada beberapa keringanan dalam keadaan tertentu – namun semuanya merupakan sebuah proses gerakan dan bacaan.
Apabila gerakan fisik ini disertai dengan gerakan ruhiah maka Shalat ternyata sebuah Kekuatan yang Maha Dahsyat.
Sayyid Qutb dalam salah ungkapannya menjelaskan bahwa Shalat sebenarnya merupakan Silatun (komunikasi) dan Liqoun (pertemuan) dengan Shang Khaliq. Pendapat ini jelas terlihat dari penjelasan Al Quran mengenai Shalat.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (2:45-46)
Sabar dapat dimaknai dengan rasa ikhlas akan takdir yang sudah ditentukan, pasrah terhadap segala rencana Allah, menerima semuanya karena Allah, menyerahkan semuanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.
Shalat ternyata merupakan sebuah proses yang meyakini ketika berdiri dalam shalat sedang menghadap Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar yang apabila dirasakan akan menimbulkan keharuan, kedamaian,kebahagiaan dan mungkin tangisan sebagai rasa syukur bahwa Allah benar-benar hadir menerima ibadat kita.
Maka doa-doa yang dibacakan dalam shalat menjadi komunikasi yang hidup, menjadi interaksi antara hamba dengan Tuhan, kita dengan Allah, sebuah komunikasi yang terjalin sehingga tumbuh kelezatan iman. Sehingga rasanya ingin setiap ucapan keluar dari qalbu, diresapi maknanya dan berhenti, tumaninah untuk merasakan getaran-getaran Ilahi berupa ilham, berupa janji Allah memberikan ketenangan, kesejukan, tambahan iman dan menunggu respons yang datang.
Sehingga rasanya ketika shalat-shalat wajib terutama ditunaikan tidak lagi secepat kilat untuk menggugurkan kewajiban, tidak pula hanya bacaan dan gerakan namun seluruh jasmani dan ruhani ikut dalam Shalat ini. Karena yakin bahwa Shalat adalah “pertemuan” dengan Allah.
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(29:5)
Rasanya shalat ini ingin lebih lama karena merasakan nikmat dan kebahagiaan tak terkira bertemu dan berinteraksi dengan Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pemberi Rizki, Sang Maha Suci dan Maha Kasih Sayang. Inilah yang kemudian digambarkan dalam ayat-ayat Al Quran seperti Surat Maryam ayat 58.
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (19:58).
Shalat menjadi proses bukan menumpahkan semua keluh kesah namun sebuah ibadah yang membahagiakan dan apabila kemudian ayat-ayat itu membuatnya menangis, sungguh karunia yang sangat besar karena sesungguhnya getaran yang dirasakan itu merupakan sebuah nikmat dari Allah SWT. Ayat-ayat yang dibaca itu menjadi sebuah sarana komunikasi yang menghujam qalbu tidak hanya sampai lidah, menjadi penambah keimanan.
Apabila merasakan Shalat seperti itu maka waktu tidak menjadi sebuah hambatan, waktu terasa sangat cepat berlalu, rasanya ingin sekali berdiri, ruku, sujud dan bersimpuh duduk diantara dua sujud bermunajat, bertasbih, bertakbir, berdoa yang dilafalkan dengan seluruh jiwa, menyertakan jasmani dan ruhani, maka terasa sekali empat rakaat itu sangat nikmat.
Inilah yang disebut dalam Al Anfal bahwa ayat demi ayat yang didengar dan dibaca dalam Shalat dari hari ke hari semakin menambah Iman kepada Allah, Iman kepada semua rukun iman termasuk Iman kepada Qadha dan Qadar.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (8:3-4)
Gerakan dan bacaan mungkin beda, namun ruhiah yang ikut dalam shalat akan merasakan sekali bagaimana merespon bacaan dan doa yang dipanjatkan.
Kondisi Ruhiah inilah yang bisa membuat waktu tidak terasa, shalat empat rakaat bahkan sampai berlangsung lama bukanlah hal yang aneh. Lezatnya iman telah menyebabkan shalat tumaninah ini merupakan anugerah yang apabila tidak dirasakan dalam kehidupan ini sungguh sangat disayangkan, apabila salah satu nikmat Allah ini berupa lima kali shalat ini adalah sebuah ibadat yang Dahsyat dan Luar Biasa Pengaruhnya dalam perjalan menuju Allah.
Maka tatkala ruh kita dipanggil pulang, maka “latihan-latihan” dalam shalat ini akan menghantarkan dia dalam kebahagiaan. Dengan mengenal asma dan sifat-sifat Allah maka semakin akrab dan dekat dengan Allah, semakin shalat itu menjadi lebih bermakna. Maka mereka yang sudah melalui proses Shalat ini akan terhindar dari kemunkaran karena memang kedekatan dengan Allah yang akan mencegahnya.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (29:45)
Seorang yang Shalat secara komprehensif sadar akan hasil Shalat. Ada hubungan antara pertemuan-pertemuan dan komunikasi dengan Allah dengan langkah-langkah sesudah Shalat. Bahkan rasanya ingin sekali setelah Shalat benar-benar khusyu bersimpuh duduk, berdzikir melanjutkan lezatnya berkomunikasi dengan Sang Pencipta.
Dan bagi mereka yang melakukan ibadat ini secara maksimal maka Allah menjanjikan sebuah kesuksesan.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya,(23:1-2).
Rasulullah SAW yang menekankan betapa pentingnya Shalat wajib ini ditunaikan dengan paripurna. Hadits dari Imam Tabrani dengan sanad yang baik dari Abd Ibn Qurd dengan kalimat; Amal seorang hamba yang pertama yang dihisab (dihitung amalnya oleh Allah) adalah Shalat, Allah melihat shalat seorang hamba, apabila shalatnya baik, maka baiklah amal-amal yang lain, apabila shalatnya tidak baik/cela, maka tidak baiklah amal yang lainnya.
Karena Shalat ini adalah dzikir yang utama maka sangat diprioritaskan untuk merasakan bagaimana komunikasi dengan Allah yang Maha Hidup ini terjalin.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (20:14)
Dan rasa tersambung dengan Allah ini Insya Allah ingin penulis lanjutkan dalam seri selanjutnya. Wallahu’alam bishawab.

Indah-nya Islam


Apakah Anda pernah merasakan dalam hidup ini betapa indahnya Islam ? Jika belum, rasakan dulu betapa bahagianya seorang muslim hidup di bawah naungan agama terakhir. Seluruh panduan kehidupan tertuang dalamAl Quran. Inilah sumber kebahagiaan hakiki dari pencipta seluruh alam semesta dan isinya, termasuk manusia.
Sayangnya masih banyak orang menggali berbagai ilmu tidak bermanfaat dalam mencari kebahagiaan. Manusia mencari berlian di dalam bumi yang terang padahal berlian itu berada di dalam kamar. Manusia tidak mencari sumber kebahagiaan dari tempatnya.
Islam seperti artinya damai, maka kedamaian di hati akan dicapai dengan memeluk Islam sepenuh hati. Mereka yang tidak pernah merasakan nikmatnya dalam naungan Islam ini karena memandang Islam sebelah mata. Syumuliatul Islam tidak dirasakan dalam dirinya.
Keindahan Islam misalnya bisa dirasakan dalam peribadahan. Betapa indahnya harmoni alam dengan manusia dalam beribadah kepada-Nya. Matahari sudah berjuta tahun mengabdi kepada Maha Pencipta dengan terbit di timur dan tenggelam di Barat. Matahari masih menemani setiap mahluk setiap hari. Dia tidak pernah absen. Kesetiaan mahluk yang namanya matahari ini menimbulkan rasa syukur akan diri dalam merasakan nikmat beribadah kepada-Nya.
Saat sujud dalam shalat terasa sekali syahdunya dalam payung keindahan peribadahan Islam setiap hari. Namun tentu saja rasa bahagia ini dapat direngkuh  bagi mereka yang percaya 100 persen akan isi dari panduan hidup Islam.
Bukankah Allah SWT sendiri sudah meridhai Dinul Islam sebagai sebuah panduan kita. Renungkanlah bahwa Dzat Yang Menciptakan kita semua sudah memberikan sebuah panduan yang sudah dianugrahkan dengan lengkap lalu mengapa kita masih kebingungan? Kita rasakan bagaimana Maha Rahman Allah dengan ayat berikut.
[3:19] Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Jika keindahan Islam belum dirasakan dalam hati, maka perlu kita renungkan apakah hati ini sudah kering, apakah hati ini tak pernah dibasuh dengan ayat-ayat-Nya. Apakah hati ini telah keras, tidak luluh dengan lantunan firman-Nya yang jadi panduan kita sehari-hati.
Islam akan menjadikan indah diri kita, menjadikan indah kehidupan kita, menjadikan indah semua langkah ke depan kita.

Jumat, 28 Oktober 2011

Inilah Ibadah yang Benar,,,


” Maka ketahuilah, bahwasanya amalan ibadah tidaklah dinamakan ibadah kecuali disertai dengan TAUHID, sebagaimana sholat tidaklah dinamakan sholat kecuali disertai dengan thoharoh.”


SYARAH / PENJELASAN

Jika engkau telah mengetahui bahwasanya Alloh menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka sesungguhnya ibadah itu tidak akan benar dan diridhoi Alloh ta’ala kecuali memenuhi dua syarat yang apabila salah satu syarat rusak maka ibadah menjadi batal/tidak sah.
Syarat yang pertama : Ibadah tersebut ikhlas / murni dipersembahkan untuk mengharapkan wajah Alloh dan tidak disertai kesyirikan.
Jika dicampuri kesyirikan maka menjadi batal / tidak sah, sebagaimana thoharoh / bersuci jika terkena hadats akan menjadi batal. Begitu pula jika engkau beribadah kepada Alloh kemudian engkau menyekutukan-Nya maka ibadahmu menjadi batal. Ini adalah syarat yang pertama.

Syarat yang kedua : Mengikuti / mencontoh Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Ibadah yang tidak pernah diajarkan oleh Rosulullah maka ibadah tersebut batal dan tertolak, karena merupakan bid’ah dan khurofat. Oleh karena itu Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada padanya sunnah / ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Dalam riwayat lain :
“Barangsiapa mengada-adakan (suatu amalan) dalam agama / sunnah / ajaran kami yang bukan bagian darinya maka ia tertolak.”

Ibadah harus mencocoki ajaran Rosulullah, bukan berdasarkan anggapan baikniatmaupun tujuan baik manusia. Selama ibadah itu tidak ditunjukkan oleh dalil syar’i maka itu merupakan bid’ah dan tidak akan memberi manfaat kepada pelakunya bahkan justru memudharatkannya karena dianggap sebagai kemaksiatan, walaupun ia menyangka bahwa dirinya telah mendekatkan diri kepada Alloh dengan amalan tersebut.

Ibadah harus mengandung dua syarat ini : Ikhlas (karena Alloh) dan mencontoh Rosul sholallohu ‘alaihi wasallam sehingga menjadi ibadah yang shohih / benar yang akan memberi manfaat kepada pelakunya. Jika dimasuki kesyirikan maka ibadah tersebut menjadi batal / tidak sah. Demikian juga, jika diada-adakan tanpa adanya dalil maka menjadi batal juga. Tanpa kedua syarat ini, suatu ibadah tidak berfaidah karena tidak dibangun diatas syariat Alloh, sementara Alloh tidak akan menerima kecuali ibadah yang Dia syariatkan di dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rosul-Nya. Tidak ada seorang makhluk pun yang wajib diikuti kecuali Rosulullah. Adapun selain Rosul maka ia diikuti dan ditaati jika ia mengikuti Rosul. Jika menyelisihi Rosul, maka tidak ada ketaatan (kepadanya). Alloh ta’ala berfirman :
“Taatilah Alloh dan taatilah Rosul-Nya dan ulil amri diantara kalian.” QS. An-Nisaa’ ; 59

Ulil amri yaitu pemerintah dan para ulama. Maka wajib mentaati dan mengikuti mereka jika mereka taat kepada Alloh, dan tidak boleh mentaati dan mengikuti mereka dalam perkara yang mereka menyelisihi perintah Alloh karena tidak ada seorang makhluk pun yang boleh ditaati secara mutlak kecuali Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Selain beliau, maka ia ditaati dan diikuti jika ia mentaati dan mengikuti Rosul. Inilah ibadah yang benar.


-dikutip dari buku SYARAH QOWA’IDUL ARBA’ karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ; Penerbit Darul Ilmi-

Wasiat Nabi dalam Perkara Wanita


Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Berpesan-pesan kalian dengan kebaikan terhadap para wanita (istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian yang paling atasnya. Bila engkau paksakan untuk meluruskannya niscaya engkau akan membengkokkannya, namun bila engkau biarkan dia maka dia akan terus menerus bengkok. Karena itu berpesan-pesanlah kalian dengan kebaikan terhadap para wanita (istri).” HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu 
Sebagian penyair berkata : 
Dia adalah tulang rusuk yang bengkok, engkau tak dapat meluruskannya 
Ketahuilah lurusnya tulang rusuk berarti memecahkannya  
Abdullah bin Zam’ah radhiyallohu ‘anhu pernah mendengar Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam berkhutbah dan menyebutkan tentang unta betina sebagai mukjizat Nabi Shalih yang akhirnya disembelih oleh kaumnya, beliau sholallohu ‘alaihi wasallam membacakan ayat :
“Ketika bangkit orang yang paling durhaka dari kaum tersebut.” QS. Asy Syams ; 12
“Bangkitlah seorang laki-laki yang kuat, perkasa dan hebat di kalangan kelompoknya untuk menyembelih unta tersebut.”
Kemudian Rosulullah menyinggung tentang wanita lalu beliau memberi nasehat dalam perkara mereka, beliau nyatakan : “Salah seorang dari kalian bersengaja memukul istrinya seperti memukul seorang budak padahal mungkin ia menyentuhnya di akhir harinya.”
Kemudian Rosulullah menasehati mereka dalam masalah tertawanya mereka bila ada yang kentut, beliau katakan : “Mengapa salah seorang dari kalian tertawa dengan apa yang ia perbuat?” HR. Bukhori dan Muslim
Abu Hurairah sholallohu ‘alaihi wasallam menyampaikan sabda Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam :
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, bila ia tidak suka satu perangai dari istrinya maka mungkin ia senang akan perangainya yang lain.” HR. Muslim
Amr bin Al Ahwash Al Jasymi radhiyallohu ‘anhu mendengar Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam berkata dalam Haji Wada’, setelah memuji dan menyanjung Alloh, memberi peringatan dan menasehati, lalu beliau bersabda :
“Berpesan-pesanlah kalian dengan kebaikan terhadap para wanita (istri) karena mereka hanyalah tawanan disisi kalian, kalian tidak menguasai sedikitpun dari mereka selain itu, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Maka bila melakukan hal tsb, tinggalkanlah mereka di tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membuat cacat. Bila mereka mentaati kalian maka tidak ada jalan bagi kalian untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan sebaliknya mereka memiliki hak dari kalian. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seorang yang kalian benci untuk menginjak hamparan kalian dan tidak boleh mengizinkan seorang yang kalian benci untuk masuk ke rumah kalian. Sedangkan hak mereka dari kalian adalah agar kalian berlaku baik dalam pemberian pakaian dan makanan untuk mereka.” Hadits ini HASAN dengan syawahidnya  
Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu mengkhabarkan bahwasanya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, 
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaqnya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan  

[dinukil dari Kitab "Al Intishaar li Huquqil Mu'minaat" karya Ummu Salamah As Salafiyyah ; edisi bahasa Indonesia "Persembahan Untukmu, Duhai Muslimah" diterjemahkan oleh Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah , Penerbit Pustaka Al Haura']





========================================================

Pilihlah Wanita yang Sholihah


Alloh ‘azza wa jalla berfirman :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan dari jenis kalian supaya kalian merasa tenang dengan pasangan tersebut, dan Dia menjadikan diantara kalian cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan.” QS. Ar-Ruum ; 21
Berkata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (3/473) :
“Termasuk kesempurnaan rahmat Alloh kepada anak Adam, Dia jadikan istri-istri mereka dari jenis mereka sendiri. Dan ditumbuhkan antara mereka mawaddah yaitu cinta dan rohmah yaitu kasih sayang. Karena seorang laki-laki menahan seorang wanita untuk tetap menjadi istrinya bisa karena ia mencintai wanita tersebut atau karena ia iba dan kasihan terhadapnya, dimana ia telah mendapatkan anak dari wanita tsb atau wanita itu butuh padanya untuk mendapatkan belanja atau karena kedekatan diantara keduanya dan alasan selain itu.”
Abdullah bin Amr radhiyallohu ‘anhu mengkhabarkan bahwasanya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita sholihah.” HR. Muslim
Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu mengkhabarkan dari Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.” HR. Bukhori dan Muslim

Sifat-sifat wanita yang sepantasnya engkau pilih sebagai istri sehingga ia bisa menjadi pengurus rumahmu dan pendidik anak-anakmu adalah wanita yang memiliki agama dan akhlaq yang dapat membantumu untuk taat kepada Alloh. Yang mengingatkanmu ketika engkau lupa, menolongmu ketika engkau ingat, mengurus dan memperhatikanmu ketika engkau ada, menjaga hartamu dan kehormatannya ketika engkau tidak ada. Dia membuatmu ridho ketika engkau marah, mentaatimu ketika engkau perintah dan berbuat baik serta berbakti kepadamu.
Sesungguhnya wanita mulia yang menjaga kehormatannya tidak akan menyombongkan dirinya di hadapanmu dengan harta dan kecantikan yang ada padanya. Tidak pula dengan kedudukan dan nasab (keturunan)nya.
Akan tetapi sangat disayangkan dari kenyataan yang kita lihat disekitar kita, sebagian saudara kita justru mengutamakan wanita cantik, atau yang memiliki martabat atau yang berharta dan meninggalkan wanita penuntut ilmu yang memiliki keutamaan. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un….

[dinukil dari Kitab "Al Intishaar li Huquqil Mu'minaat" karya Ummu Salamah As Salafiyyah ; edisi bahasa Indonesia "Persembahan Untukmu, Duhai Muslimah" diterjemahkan oleh Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah, diterbitkan oleh Pustaka Al Haura']




========================================================

Wanita Pemilik Mahar Termahal dan Terbesar, Siapakah Dia ?


Dialah UMMU SULAIM radhiyallohu ‘anha…,
Ummu Sulaim mau menikah dengan Abu Thalhah dengan syarat Abu Thalhah masuk Islam. Syarat ini merupakan bukti tentang unggulnya akal dan kuatnya keimanan Ummu Sulaim terhadap Rabb-nya. Ummu Sulaim tidak mensyaratkan harta, kedudukan dan lainnya. Bahkan pandangan yang pertama dan yang didahulukan adalah keshalihan suami. Padahal Abu Thalhah telah membujuknya dengan harta, emas dan perak agar mau menerima untuk menjadi suaminya. Tetapi dia menolak yang selain Islam.
Melihat realitas kebanyakan kaum wanita dimana sekarang ini tentang sisi pandang mereka mengenai pernikahan, akan terlihat perbedaan yang jelas dan jarak yang jauh antara mereka dengan generasi Ummu Sulaim.
Pikiran dan ambisi wanita di zaman sekarang tentang pernikahan adalah murni materi. Dia akan melihat harta yang dimiliki oleh sang pelamar, menuntut untuk dipenuhi pembantu, sopir, dan lainnya. Namun dia lalai untuk mencari tentang agama sang pelamar dan ketaqwaannya kepada Alloh. Tidak ragu lagi ini adalah bukti tentang kurangnya fiqh sekelompok wanita tsb.
Padahal apa perlunya harta dan kedudukan bagi istri apabila suaminya tidak takut kepada Alloh dan bertaqwa kepada-Nya, bahkan menyia-nyiakan perintah Alloh dan berani untuk melanggar batasan-batasanNya ??? Suami yang demikian keadaannya pantas untuk tidak dipercaya oleh istri yang berada didalam perlindungan dan kekuasaannya.
Benarlah Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridha dalam hal agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia. Apabila kalian tidak mengerjakannya, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar.”
Dan pantaslah Ummu Sulaim radhiyallohu ‘anha sebagai pemilik mahar termahal dan terbesar secara mutlak.
-dikutip dari buku “Wanita Dambaan Hati” karya Khalid bin Abdirrahman bin Hamd As Syayi’ ; Penerbit Al Haura’-
==========================================================

Tahukah Engkau Jalan Menuju Surga ???


Dari Muadz bin Jabal radhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Saya pernah bersama Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan. Pada suatu pagi ketika kami sedang berjalan, aku berada didekat beliau, maka aku berkata : “Wahai Rosulullah kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka”.

Maka beliau bersabda : “Sungguh engkau telah bertanya kepadaku tentang perkarayang begitu besar akan tetapi akan terasa mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Alloh,engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji.”
Kemudian beliau berkata : “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan ?Berpuasa adalah perisai, sedekah dapat memadamkan dosa-dosa sebagaimana air dapat memadamkan api, demikian juga  sholat seseorang ditengah malam,kemudian beliau membacakan ayat, ‘…lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka…’ hingga ‘..apa yang telah mereka kerjakan’ [QS. As-Sajdah ; 17]

Kemudian beliau bersabda : “Maukah aku tunjukkan urusan yang terpenting, tiang-tiang penyanggahnya, dan puncak tertingginya ?” Saya katakan : “Tentu wahai Rosulullah”. Maka beliau bersabda : “Urusan terpenting adalah Islam, tiang penopangnya adalah sholat sedangkan puncak tertingginya (atapnya) adalah jihad”.

Kemudian lanjutnya : “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kunci semua itu ?” Saya menjawab : “Tentu wahai Rosulullah”. Maka beliau memegang lidahnya, lalu bersabda :“Jagalah olehmu ini!” Aku bertanya : “Wahai Nabi Alloh, apakah kami akan disiksa dengan sebab perkataan yang kami ucapkan?”
Beliau menjawab : “ibumu kehilangan kamu ya Muadz, bukankah orang-orang itu tersungkur di Neraka diatas wajah-wajah mereka atau diatas hidung-hidung mereka, tidak lain disebabkan oleh ulah lisan-lisan mereka ?”
[HR. Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa']
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Faedah yang terkandung dalam hadits ini :
1. Antusias para shahabat  untuk melakukan amalan-amalan yang dapat memasukkan ke dalam Surga dan menjauhkan dari Neraka, dan ini adalah perkara terpenting dalam pandangan mereka, oleh karena itu Muadz bin Jabal bertanya kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam tentang suatu amalan yang dapat memasukkan ke dalam Surga dan menjauhkan dari Neraka.

2. Penetapan adanya Surga dan Neraka, dan keduanya saat ini sudah ada dan keduanya tidak akan sirna selama-lamanya.

3.  Penjelasan bahwa pertanyaan Muadz bin Jabal ini adalah pertanyaan yang begitu besar karena balasannya begitu besar, sedangkan balasan sesuai dengan kadar obyek yang dibalasnya. Oleh karena itu Rosulullah bersabda : “Sungguh engkau telah bertanya kepadaku tentang perkara yang begitu besar.” maksudnya adalah Muadz telah bertanya tentang amalan yang begitu besar dengan dalil balasan yang akan diperoleh dengan amalan tersebut. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa perkara yang begitu agung ini ringan bagi orang-orang yang diberi kemudahan oleh Alloh. Maka dapat diambil faedah dari sini, bahwa semestinya seseorang bersandar kepada Alloh untuk memohon kemudahan dari-Nya dalam segenap urusannya dan semestinya kita pun mengetahui bahwa diantara sebab diberikannya kemudahan dari Alloh adalah bertaqwa kepada-Nya. Alloh ta’ala berfirman :
“Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Alloh akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” QS. Ath-Thalaq ; 4

4. Bahwa perkara yang paling utama dan paling besar adalah TAUHIDULLAH (mentauhidkan Alloh) dan berlaku ikhlas untuk Alloh, berdasarkan sabdanya : “Engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukanNya dengan suatu apapun.”

5. Arti pentingnya sholat karena Rosulullah telah menyebutkan rukun ini setelah kalimat Al-Ikhlas. Jika ada yang bertanya, “Mana syahadat yang kedua? Syahadat bahwa Muhammad adalah Rosulullah ?” Maka kita katakan syahadat ini sudah dimaklumi dari sabdanya :“Engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukanNya dengan apapun juga.” Dan telah lewat penjelasan ttg hal itu.

6. Diantara faedahnya adalah mendahulukan zakat diatas puasa, karena ibadah ini lebih ditekankan.

7. Diantara faedahnya adalah mendahulukan ibadah puasa diatas haji, karena ibadah puasa dilakukan setiap tahun, beda halnya dengan haji, ibadah ini hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup.

8. Diantara faedahnya adalah dalam kalimat ini terdapat isyarat tentang rukun Islam, yakni :“Engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa dibulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.”

9. Diantara faedahnya adalah melontarkan pertanyaan kepada anak didik agar membuatnya tergugah, berdasarkan sabdanya : “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?”

10. Diantara faedahnya bahwa kebaikan memiliki pintu-pintu, dan pintu-pintu itu memiliki jalan masuk. Hadits ini semodel dengan sabda Rosulullah yang berbunyi: “Iman itu lebih dari 72 cabang.” [Hadits Shohih dikeluarkan oleh Muslim]

11. Diantara faedahnya adalah bahwa ibadah puasa sebagai perisai, yaitu yang menghalangi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia, main-main, ucapan dusta, dan kebodohan. Ibadah inipun merupakan perisai bagi seseorang dari siksa api neraka. Berdasarkan firman Alloh ‘azza wa jalla : “Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.”[Hadits Shohih dikeluarkan oleh Bukhori]

12. Diantara faedahnya adalah keutamaan bersedekah berdasarkan sabda Rosulullah :“Bersedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.”

13. Diantara faedahnya adalah bahwa sholatnya seseorang ditengah malam dapat memadamkan api kesalahan, berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam diatas, karena beliau membacakan firman-Nya :
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizqi yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupa perkara yang menyenangkan pandangan mata, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.” QS. As-Sajdah ; 16-17

14. Diantara faedahnya adalah bahwa Nabi melontarkan permasalahan dengan bentuk pertanyaan untuk menarik perhatian orang yang diajak bicara.

15. Diantara faedahnya adalah bahwa urusan ini -yaitu urusan para makhluk- memiliki tiang penyanggah dan atap (bagian paling tinggi). Urusan paling penting adalah Islam. Tiang-tiangnya adalah Sholat sedangkan atapnya adalah jihad dijalan Alloh.

16. Diantara faedahnya adalah bahwa orang yang meninggalkan Sholat adalah kafir, berdasarkan sabda Nabi : “Tiang-tiang penyanggahnya adalah sholat.” dan telah dimaklumi, jika tiang-tiang itu runtuh, maka runtuh pula bangunan tersebut. Inilah pendapat terkuat berdasarkan kitab Alloh dan sunnah Rosulullah dan ucapan para shahabat.

17. Diantara faedahnya adalah bahwa jihad membawa ketinggian dan kemuliaan Islam, berdasarkan sabda Rosulullah : “Puncaknya adalah jihad.”

18. Diantara faedahnya adalah pokok dari semua itu adalah MENJAGA LISAN, berdasarkan sabda Rosulullah : “Maukah aku kabarkan padamu tentang pokok dari semua itu?” maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda : “Tahanlah olehmu ini!”

19. Diantara faedahnya adalah bolehnya memberikan pelajaran dengan menggunakan isyarat, karena Nabi memegang lidahnya seraya bersabda : “Tahanlah olehmu ini!”

20. Diantara faedahnya adalah bahaya lisan terhadap diri seseorang, berdasarkan sabda Nabi : “Bukankah manusia tersungkur di Neraka diatas wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka, tidak lain disebabkan ulah lisan-lisan mereka?”

21. Diantara faedahnya adalah Kehati-hatian dalam hal periwayatan hadits Nabi, karena perawi mengatakan : “Di atas wajah-wajah mereka atau di atas hidung-hidung mereka.”Ini menunjukkan sikap amanah sempurna dalam penukilan hadits.
Dan segala puji hanyalah bagi Alloh……


-dikutip dari Kitab Syarah  Al-Arbain An-Nawawiyah karya Syaikh Sholih Al-’Utsaimin ; penerbit Pustaka Ar Royyan-

Al-HAQ adalah CAHAYA


Berkata Yazid ibnu Amiir, ‘Mu’adz bin Jabal setiap kali duduk di majelis ilmu, beliau selalu menasehati dan mengingatkan murid-muridnya :
“Alloh itu Maha Bijaksana dan Maha Adil, binasalah orang-orang yang ragu (bingung dan bimbang). Hati-hati kalian dari kesesatan (kesalahan atau kekeliruannya) seorang ‘Alim. Hati-hati kalian, dimana Syaithon akan mengucapkan kesesatan melalui lisan yang dianggap ‘Alim tsb. Dan bisa pula seorang Munafik berkata benar (Al-Haq) yang keluar dari lisannya.”
Aku (Yazid Ibn Amiir) bertanya kepada Mu’adz : ‘Bagaimana aku tahu wahai Mu’adz -semoga Alloh merahmatimu- , bagaimana aku bisa membedakan seorang ‘Alim yang mungkin keluar dari lisannya kalimat dholal yang merupakan kalimat syaithon. Bagaimana pula aku tahu bahwa yang Munafik ini berkata Haq ?’
Berkata Mu’adz : “Jauhi olehmu ucapan seorang ‘Alim yang rancu, yang samar. Dan apabila seseorang mendengar ucapan itu, dia akan berkata ‘apa ini?’ ‘bagaimana fulan bisa berkata seperti ini?’ Dan jangan kamu terhalangi untuk tetap mengambil ilmu darinya. Maka sesungguhnya orang yang ‘Alim itu akan kembali kepada Al-Haq. Terimalah kebenaran itu ketika kamu mendengarnya. Sesungguhnya kebenaran itu adalah cahaya.” [HR. Abu Dawud dan selainnya]
Subhanalloh…atsar diatas menunjukkan perhatian dan semangatnya para tabi’in sebagai a’immatu salaf untuk menyelamatkan agama mereka dan menyelamatkan diri mereka. Sehingga mereka bertanya apa yang tidak mereka pahami.
Pokok inilah yang diajarkan oleh Mu’adz dan itu pula yang diajarkan oleh para Ulama serta Masyaikh kita. “Seorang hakim/’Alim yang melakukan kesalahan, selama dia itu AHLUSSUNNAH , dia berpijak diatas pondasi Sunnah, ma’ruf aqidahnya Sunnah, ma’ruf manhajnya Sunnah, wala’nya kepada sunnah dan Ahlussunnah, kalaupun keluar darinya kesesatan dan kesalahan, jangan sampai kamu tinggalkan dia, jangan sampai kamu terhalang darinya untuk mendapatkan ilmu darinya dan belajar darinya.”
Ini merupakan bantahan tegas pada hadadiyin dan yang segaris dengan mereka. Mereka meng-klaim diri lebih cemburu kepada sunnah, lebih cemburu kepada kebenaran. Namun nyatanya mereka salah dalam mendudukkan ketergelinciran yang ada pada ulama.
Para A’immah dan para ulama yang telah diketahui perjuangannya terhadap sunnah, kecintaannya kepada sunnah, terkadang mereka tergelincir dalam kesalahan.
Jangan kamu terhalang darinya, karena kalau dia itu Ahlussunnah, maka akan kembali kepada kebenaran, ruju’ ketika diingatkan dan dinasehati. Oleh karena itu, jangan kamu terhalangi untuk tetap mengambil ilmu darinya. Kalau tidak demikian, maka tidak akan ada orang yang tersisa di dunia ini. Siapa orang yang sempurna selain Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam???
Kalian belajar pada fulan, “ah…Fulan begini dan begitu,” Kemudian kalian tinggalkan Fulan, lalu belajar pada Fulan lain, “ah…Fulan sempat ucapkan begini dan begitu..” Dan begitulah, siapakah manusia yang sempurna ???
Ambil apa yang bisa kamu manfaatkan dari ilmunya selama dia itu Ahlussunnah, selama dia diatas manhaj, di atas aqidah yang haq. Ini merupakan ajaran manhaj Ahlussunnah.
Jangan hanya karena kekeliruan atau kesesatan yang keluar dari lisannya membuat seseorang meninggalkannya, bahkan dijauhi, dibenci, dimusuhi.
Mana didikan Sunnah pada kita ? Batasan apa kemudian seseorang itu sampai di baro’, sehingga ada kebencian dan permusuhan ?
Telah diajarkan dalam Sunnah, terima kebenaran itu ketika kamu dengar darinya. Apa yang menjadi kesalahannya yang keluar dari lisannya, maka buang, tolak, nasihati, bimbing. Karena seperti kata Mu’adz, “kebenaran itu ada cahayanya.” Kebenaran itu sesuatu yang gamblang, yang jelas dan hati itu enak menerimanya.
Hal ini berbeda dengan kebatilan, sesuatu yang tidak enak didengar, hati pun ragu menerimanya. Ini diingatkan oleh Mu’adz untuk menguatkan bahwa agama ini hanya datang dari Alloh ‘azza wa jalla, yang datang dari Rosulullah sholalohu ‘alaihi wasallam, dan yang dipahami para shahabatnya.
Sehingga ketika datang kesalahan dari seorang ‘Alim, seperti kata Mu’adz, “jangan diikuti”, walaupun bukan berarti dengan itu dia dibaro’/dimusuhi.
Sebaliknya, seorang Munafik, dia bisa berkata benar/Al-Haq. Oleh karena itu, banyak yang berkata, “Apanya yang salah ? Saya dengar ceramahnya masyaAlloh, dan yang dikaji juga sama buku-bukunya.”
Tetapi ingat, itu adalah perangkap baginya. Untuk menggiring orang kepada kesesatan yang terselubung. Ini adalah timbangan dan nasehat dari Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anhu.

-ditranskrip dari Kajian Kitab Fathul Majid Bab 22 hal.326 yang dibahas oleh Al-Ustadz Usamah Mahri-