Sabtu, 20 Agustus 2011

Terus Melangkah Dalam Berserah

"Jangan bersahabat dengan orang yang kondisinya tidak membangkitkan semangatmu dan perkataannya tidak mengantarmu pada Allah"


Penjelasan:
Tidak ada yg tidak saling memengaruhi dalam kehidupan ini. karena itu, terimalah dunia ini sebagaimana adanya. tetapi pilihlah bagian terbaiknya meski engkau juga harus mengakui bagian terburuknya. engkau harus mengukur keadaanmu agar bisa bijak menempatkan diri dalam pergaulan.
bila dirimu masih termasuk pribadi yg labil dan mudah terpengaruh, sebaiknya pilihlah teman yg bisa mengantarkanmu pada kesadaran untuk hidup dalam keseimbangan dan prinsip yg teguh. engkau tidak seharusnya memaksakan dirimu bergaul dengan mereka yg pembicaraannya tidak engkau mengerti. bukankah bimbingan sering kali malah menambah kebimbangan??? alih-alih engkau bukan tambah berperilaku baik, engkau malah makin terpuruk. bisa jadi perilaku temanmu baik tapi pembicaraannya tidak sesuai dengan keadaanmu. sepenuhnya bukan sebab temanmu, tapi sebab dirimu yg tidak pandai mamilih pergaulan.

Jumat, 19 Agustus 2011

Berhijrah Kepada Allah

"Jangan pergi dari satu alam ke alam yg lain sehingga engkau seperti keledai yg berputar di penggilingan. tempat yg ia tuju adalah tempat ia beranjak. namun, pergilah dari alam menuju pencipta alam. SESUNGGUHNYA KEPADA TUHAN-MU SEGALA SESUATU BERAKHIR (Q -53: 42). perhatikan sabda nabi saw. 'siapa yg hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. namun, siapa yg hijrahnya untuk dunia yg ingin di gapai atau wanita yg ingin dinikahi, maka hijrahnya mengarah kepada apa yg ia tuju.'(HR.Bukhari). Pahami sabda ini dan renungkan masalah tersebut jika engkau cerdas".


Penjelasan:
Kita akan bersama dengan apa yg menjadi pusat perhatian kita. apa yg menjadi niat dan tujuan kita, bila niat, tujuan, dan pusat perhatian seseorang adalah dunia maka ia tidak akan peduli dengan segala sesuatu selainnya. begitulah kehidupannya tidak akan pernah keluar dari lingkaran yg sama. mereka akan berputar-putar pada semua bentuk masalah didalamnya. tetapi bila niat, tujuan, dan pusat perhatiannya adalah Allah maka dunia tidak akan merepotkannya. mereka akan menemukan Allah dalam setiap aktivitas duniawinya. melangkah dalam kerja dan amal semata karena-Nya, meraih keridaan-Nya, mengais berkah-Nya. sungguh niatkan semua aktivitasmu semata karena-Nya, berpindalah dari cara pandang lama, pergilah menuju lautan karunia-Nya. maka erngkau akan menjadi pribadi yg senantiasa tersenyum sebab sapaan lembut-Nya padamu. HIJRALAH!!!!

Berjuang Dari Aib Menuju Yang Gaib 2

"Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu"


Penjelasan:
Kita sering keliru menyikapi pengabulan atas doa. ini disebabkan kita tidak menakar kedudukan kita di sisi Allah, tetapi malah mempertanyakan kedudukan Allah di sisi kita. Allah menyapa kita dengan sangat terang melalui asma terindah-NYA. sayangnya, kita tidak menghiraukan sapaan-NYA dan lebih memperhatikan permintaan kita kepada-NYA. kehadiran-NYA yang nyata terhijab oleh khayalan kita semata. padahal, apa yang kita inginkan senantiasa dikabulkan menurut kadar-NYA, bukan menurut kadar kita. Sesuai dengan kehendak-NYA, bukan sesuai dengan kemauan kita. berseralah pada keputusan-NYA. tundukkan keinginanmu pada kehendak-NYA. Engkau terpilih, engkau tak akan tersisih.


"Menunda beramal guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan diri"


Penjelasan:
Salah satu nikmat yang paling berharga adalah waktu luang. karena itu, sangatlah tidak cerdas orang yang selalu menjadikan waktu luang sebagai alasan menunda amal saleh yang mestinya segera di kerjakan. ini terjadi karena dominasi nafsu dalam diri. kesadarannya terkalahkan oleh kecenderungannya. ia tidak mampu mengelola dirinya dengan baik dan tidak pandai menyikapi kondisi. bukankah dalam hidup ini kesempatan dan kesempitan, kesenangan dan kesedihan terus berputar? Dan bukankah pula setiap kondisi selalu diiringi dengan ujian? JANGAN MALAS ... BILA TIDAK INGIN TERGILAS.


"Jangan engkau meminta kepada Allah untuk di keluarkan dari satu kondisi guna di pekerjakan pada kondisi lain. sebab, jika memang menghendaki tentu Dia akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu(dari kondisi sebelumnya)"


Penjelasan:
Hidup itu pergulatan panjang. bila kita tidak ingin lelah, sebaiknya ikuti saja irama-NYA. kita tidak perlu mencoba beralih dari satu keadaan ruhani, ke keadaan ruhani yang lain. karena, pada setiap episode hidup, kita sebenarnya sedang di ajari untuk memiliki sikap ruhani yang cerdas. kita tidak juga layak menentukan tahapan-tahapan perilaku kita. sabar, syukur, tobat, dan tawakkal senantiasa meliputi keadaan yang kita alami. tugas kita hanyalah menjalani apa yg kita alami. yakinlah bila ALLAH menghendaki, bisa saja engkau menjadi pribadi yg senantiasa memiliki sifat berserah, tetapi juga tetap sabar. Nikmatilah jamuan-NYA tanpa perlu menanyakan ramuan-NYA.

Berjuang Dari Aib Menuju Yang Gaib

"Di antara tanda sukses di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah sejak permulaan"


Penjelasan:
Mereka yg sejak awal bersandar, semangatnya tidak akan mudah pudar. mereka yg sejak awal berserah tidak akan gampang berkeluh kesah. inilah tanda bahwa mereka telah meraih keberhasilan dari perjuangan-nya sejak awal. karena menyadari kehadiran-NYA di awal dan di akhir rentangan perjuangan. mereka teguh dalam meniti perjalanan. adakah yg rugi bila sandarkan diri pada yg Maha Awal dan Maha Akhir??? Mulailah berfikir, Nikmatilah Zikir.


"Siapa yang perjalanannya bersinar, akhir perjalanannya juga akan bersinar"


Penjelasan:
Perjalanan hidup kita sangat dipengaruhi oleh motif. apapun yg kita kerjakan, apapun profesi yg kita jalani. orang yg motivasi hidupnya hanya digerakan oleh naluri semata, ia akan menempuh kesuksesan dengan segala cara. mungkin saja setiap proses yg ia jalani menghasilkan prestasi atau keuntungan. tetapi, bisa dipastikan, keberhasilannya tidak banyak memberi manfaat. bukannya memperoleh ketentraman, ia di dera tekanan demi tekanan batin. bila motivasi hidup seseorang digerakan oleh fitrah, ia akan tenang bersama-NYA. menempuh proses dalam pemeliharaan-NYA. meraih keberhasilan dalam keakraban dengan-NYA. mereka kaya sekaligus tercerahkan. hati terjaga karunianya berlipat. benahilah.....



Minggu, 14 Agustus 2011

Agar Hati Tak Teralingi


"Bagaimana kalbu akan bersinar sementara gambaran dunia melekat pada cerminnya?! Bagaiman akan pergi menuju Allah, sementara ia terbelenggu oleh syahwatnya?! Bagaimana ingin masuk kehadirat Allah, sementara ia belum membersikan diri dari junub kelalaiannya?! Bagaimana berharap bisa memahami berbagai rahasia, sementara ia belum bertobat dari kekeliruannya"?!


Penjelasan:
Ini medan kontemplasi. pergulatan antara kesadaran (ruh) dan kecendrungan (nafsu). hati tidak akan mungkin tenang bersama-NYA bila kenyataannya nafsu masih lebih senang bersama makhluk-NYA. tidak ada ibadah yang "menyejukan" bila dunia masih tetap "memabukkan". sebab hati adalah tempat bertemunya "cahaya" kebenaran dan "api" kecenderungan. hati akan redup, bahkan gelap bila kesadaran tersingkirkan. hati bahkan bisa dipenuhi ilusi dan kelalaian. lalu, kebenaran seperti apa yang kita peroleh? Terangilah hati, sempatkan diri meniti, untuk melangkah lebih hati-hati.



Berserah Pada Takdir Dan Anugerah

"Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini".


Penjelasan:
Allah-Lah yang paling tahu keadaan dan keinginan kita. bahkan, saat kita sendiri bingung dengan keadaan yang meliputi kita dan banyaknya keinginan yang mengganggu pikiran kita. Kita saja yang sering kali tidak sabar pada ketentuan-NYA. atau bisa jadi abai terhadap setiap tanda pengabulan-NYA. permintaan kita berubah-ubah, tidak Istiqamah. tetapi pengabulan-NYA selalu kita tuntut tunai. Doa kita perlakukan seperti sebuah garansi tanpa batas. padahal, berulangnya doa tak berarti berturut-turutnya pengabulan. Allah Maha Mengetahui kebutuhan kita. BERSERAHLAH..............

"Jangan sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan membuatmu ragu meskipun waktunya telah jelas. hal itu supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimu dan memadamkan cahaya lubuk jiwamu".


Penjelasan:
Tidak satu pun orang beriman yang tidak yakin akan janji-NYA. sebab, yang di beritakan Kitab dan Rasul-NYA adalah benar dan pasti terjadi. kita sungguh tidak layak meragukan kesucian sifat Allah. apa yang kita anggap tidak sesuai dengan janji-NYA kadang berkaitan dengan apa yang terjadi dengan kita. bisa jadi kita sendiri yang hakikinya belum siap menerima, sebab bergumulnya kelemahan,kekurangan,aib,cela, dan sifat buruk dalam diri kita. sungguh sikap putus asa terhadap kenyataan yang harus di jalani dan di alami bisa menjadi "TABIR" yang menutupi kejernihan pandangan kita menuju-NYA.

"Jika Allah membukakan jalan bagimu untuk mengenali-NYA, tidak usah peduli meski amalmu masih sedikit. sebab, Dia tidak membukakan jalan tersebut kecuali karena ingin memperkenalkan diri padamu. tidakkah engkau menyadari bahwa perkenalan tersebut merupakan anugerah-NYA untukmu, sementara amal adalah persembahanmu untuk-NYA. tentu saja apa yang kau persembahkan untuk-NYA tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Dia anugerahkan untukmu".


Penjelasan:
YA HAYYU YA QAYYUM BIRAHMATIKA ASTAGHITSU......Allah senantiasa memberikan sesuatu sesuai dengan ukuran-NYA. tidak ada sangkut pautnya dengan kelayakan seseorang menurut ukuran dirinya sendiri. sungguh betapa banyak dari kita yang memperoleh pencerahan spiritual meskipun mereka tidak belajar secara formal. betapa sering Allah memberikan sapaan-sapaan lembut-NYA kepada mereka yang amalnya sedikit, dan bukan kepada mereka yang hidupnya penuh dengan amal. jadi, bukanlah wilayah kita mempertanyakan kebijakan-Nya. sebab, Allah berbuat menurut kehendak-NYA, bukan menurut kehendak hamba-NYA. jadi, selalu mintalah rahmat-NYA bukan keadilan-NYA.


Semoga Bermanfaat.......





Sabtu, 13 Agustus 2011

Ya Rabb, Masjid dan Shalat Lima Waktu Banyak Diabaikan

    Masjid di Indonesia, termasuk bangunan paling mudah ditemukan. dari pelosok kampung hingga kota-kota besar, dengan beragam model dan ukuran.

menurut sebuah sumber bahwa di perkirakan jumlah Masjid di Indonesia saat ini antara 600.000-800.000 buah. terpaut jauh dengan jumlah Masjid di zaman Rasulullah. Namun jujur saya bertutur; fungsi dan misi Masjid generasi awal jauh lebih baik dan semarak.

Ironisnya, masjid yang berdiri megah, dengan gaya arsitektur mengagumkan tapi dalamnya hanya berisi kesunyian, nyamuk tak ubahnya kuburan cina sunyi dari semangat kebangkitan umat dan aktivitas shalat.

ini fakta. banyak yang ke masjid pada moment-moment tertentu saja; misalnya menghadiri akad nikah anaknya yang kebetulan diadakan di masjid. ada yang ke masjid hanya pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha saja. atau ada yang sekedar singgah sebentar karena ingin buang air kecil atau buang air besar, karena di masjid biasanya fasilitas air,wc di gratiskan. ada juga yang sekedar singgah di teras masjid untuk melepaskan penat karena seharian ia letih mencari rupiah.

yang lebih parahnya lagi ada yang datang ke masjid ketika sudah berbentuk jenazah dan di usung dalam keranda alias siap di shalatkan. Padahal dipuncak masa sehat dan mudanya,tak pernah terpikir dalam benaknya untuk singgah memakmurkan rumah Allah. tapi di ujung kehidupannya ia pun harus rela dituntun mengunjungi rumah Allah.

Padahal, shalat ke masjid adalah indikasi kuat bahwa seseorang itu disebut mukmin.
"jika engkau melihat seseorang rajin mendatangi masjid, pastikanlah bahwa didalam dada orang itu ada keimanan yang menancap". begitu kata Rasulullah suatu ketika.

Ini tidak bisa disangkal bahwa 80% penduduk Indonesia di antaranya adalah umat Islam, tapi itu dari sisi kuantitasnya saja, sendangkan kualitasnya sangat memprihatinkan.

Fakta yang kerap terlihat bahwa sebagian besar Umat Islam belum terlalu concern dengan panggilan Shalat. mereka akan terus asyik melangsungkan aktivitasnya di tengah-tengah kumandang adzan sampai waktu shalat lewat.

Parahnya, kita tidak pernah sadar telah melakukan sebuah kelalaian  besar di mata Allah. telah berani meninggalkan sebuah amal yang menjadi barometer dari semua amal yang di kerjakan.

"Sungguh, amal pertama yang akan dikalkulasi adalah shalat, jika shalat seorang baik, baik pula seluruh amalnya, jika ia buruk, buruk pula seluruh amalnya". (HR.An-Nasa'i dari Abu Hurairah).

Kamis, 11 Agustus 2011

Misi Masjid; Hayya 'ala shalah dan Hayya 'alal falah

   Ketika seorang muslim mendatangi masjid untuk shalat, itu artinya ia sedang mengerjakan  dua pekerjaan besar  dalam hidupnya, yang sekaligus menjadi misi sebuah masjid; mengerjakan shalat dan setelah itu pulang membawa kemenangan dan kesuksesan besar.

       Itulah dua misi besar yang ditawarkan masjid dan mushalla. Allah selalu menawarkan dua misi ini secara terbuka kepada orang-orang yang mengaku beriman yang melalui kumandang adzan yang sering terdengar dari corong-corong masjid. Allah hendak mengajak orang-orang beriman menuju surga-NYA, 

Wallahu yad'u ilal jannah wal magfirah; 'Allah mengundang ke surga dan ampunan-NYA.(Al-Baqarah: 221).

sayangnya, oleh sebagian umat islam, panggilan ini dianggap seruan biasa, bahkan tak jarang dianggap sebagai panggilan marbot masjid yang kebetulan ditugaskan manjadi muadzin, bukan panggilan Allah. parahnya lagi, seruan ini dianggap pengganggu dan pemutus kegiatan making money.

        Padahal, kalaulah disadari sesungguhnya muadzin hanyalah perpanjangan 'suara Allah'. minimal, sebanyak lima kali, orang-orang beriman diajak untuk menangkap dua misi besar ini.
dua misi besar ini tidak pernah berhenti dikumandangkan di ruang langit.

karena itu, gapailah sukses dan berbahagialah orang-orang yang sadar lebih awal untuk meraih dua misi besar ini; Shalat dan kesuksesan besar.....

Nun Walqolami Wamma Yasqurun........

Selasa, 09 Agustus 2011

Mendapatkan Petunjuk dan Rahmat


Berapa 1 + 1 ?
Tahukah Anda jika jawaban 2 tidak selamanya benar. Jika kita berbicara pada basis 10, maka 1+1 = 2. Tetapi jika kita bicara pada basis 2, maka 1+1 = 10. Anda ingat pelajaran tentang basis saat SMA? Ada hikmah besar dari ilmu matematika ini, hikmah yang insya Allah bisa menyelamatkan kita.
Apa hikmahnya? Dalam penilaian sesuatu, cara berpikir, selalu mengikuti sebuah kaidah atau pola tertentu. Lihatlah anak kecil, mereka berpikir dengan cara yang sederhana atau polos. Kenapa? Karena kaidah atau pola yang ada di dalam pikiran anak itu masih sederhana.
Berapa panjang meja di depan Anda? Anda hanya akan menjawab dengan tepat jika Anda sudah mengukurnya dengan meteran standar atau ada orang lain yang sudah mengukurnya dan memberitahu kepada Anda. Jika tidak, maka Anda hanya mampu menebak yang hasilnya bisa benar bisa tidak.
Tebakan Anda pun, sebenarnya berpatokan pada pengalaman Anda tentang ukuran panjang. Orang yang belum terbiasa dengan satuan kaki (feet) akan sulit membayangkan seekor buaya yang panjangnya 10 kaki. Tapi bagi yang sudah berpengalaman, maka dengan mudah bisa membayangkan sepanjang apa buaya tersebut.
Hikmah kedua, bahwa dalam berpikir kita memerlukan sebuah patokan atau acuan, baik alat ukur yang jelas atau setidaknya informasi yang sudah kita dapatkan baik dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Kaidah-kaidah yang ada didalam pikiran kita dibentuk dari berbagai informasi yang ada. Informasi tersebut bisa didapatkan dengan cara membaca, menonton, mendengar, dan mengalami termasuk kerja panca indra kita.
Kaidah-kaidah inilah yang akan kita gunakan dalam proses berpikir dalam hidup. Kemudian menghasilkan kesimpulan dan kita akan mengaplikasikannya dalam tindakan sehari-hari. Tindakan sehari-hari Anda akan menentukan sukses Anda, dunia dan akhirat.
Pemahaman proses berpikir ini, akan membantah pemahaman orang-orang yang hanya mengandalkan akal atau pikiran atau mengedepankan akal diatas segalanya. Kenapa? Karena tidak mungkin! Akal atau pikiran akan bekerja mengikuti kaidah-kaidah tertentu yang dibentuk dari kumpulan informasi yang didapatnya. Artinya informasi selalu mendahului akal. Kecuali untuk hal-hal yang bersifat naluriah, seperti haus haru minum, lapar harus makan, dan sebagainya.
Bahkan seorang Rasulullah saw. Cara berpikir Rasulullah saw dilandasi informasi yang berupa wahyu, yang langsung datang dari Allah. Saat Rasulullah saw melakukan kesalahan dalam berpikir, maka Allah langsung menegurnya. Artinya, hasil pemikiran saja tidak memberikan hasil yang dijamin benar.

Lalu, bagaimana agar pemikiran lebih mendekati kebenaran? Jawabannya tiada lain dengan menggunakan kaidah-kaidah yang dijamin kebenarannya, yaitu 
Al Quran dan Hadits Sahih.

Pertanyaan untuk bahan muhasabah kita, mana yang lebih banyak di memori kita, apakah informasi dari Al Quran dan Hadist atau informasi dari selainnya?
Kita dijejali dengan berbagai informasi, hampir setiap waktu. Dari TV, radio, internet, media masa, obrolan, dan banyak sumber lainnya. Pertanyaanya, berapa waktu yang kita miliki untuk menyerap informasi dari Al Quran dan hadits?
Padahal, jika kita mendahulukan akal daripada syara’ adalah merupakan asal dari segala finah
“asal segala fitnah adalah mendahulukan akal daripada syara’ ” [Ibnul Qayyim]


Ini yang disebut oleh Ibnul Qayyim sebagai fitnah subhat. Yang sering mengikuti finah subhat adalah fintah syahwat yaitu
“serta mendahulukan hawa nafsu daripada akal” [Ibnul Qayyim]
Orang yang terkena fitnah ini adalah mereka lebih mengutamakan hawa nafsu, kemudian akal mengikutinya, baru kemudian syara’. Artinya mereka berargumen dengan dalil syara’ hanya untuk mengikuti hawa nafsunya.
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.” (An-Najm: 23).
Ibnul Qayyim pun memberikan solusinya:
“Fitnah syubhat dihalau dengan keyakinan, dan fitnah syahwat dihalau dengan kesabaran. Dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, maka fitnah syahwat itu bisa ditolak, dan dengan kesempurnaan ilmu serta keyakinan maka fitnah syubhat itu juga bisa ditaklukkan. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan.”
Lanjutnya:
“Jika seorang hamba selamat dari fitnah syubhat dan syahwat, maka ia telah memperoleh dua tujuan yang agung, yang keduanya merupakan sumber kebahagiaan, kemenangan dan kesempurnaannya. Dua hal itu adalah petunjuk dan rahmat.”
Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123).
[Sumber Bacaan: Manajemen Qalbu - Melumpuhkan Senjata Syetan Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah]
Semoga, kita semua menjadi manusia yang mendapatkan petunjuk dan rahmatdari Allah SWT.

Cinta dan Motivasi


Cinta dan motivasi jelas memiliki hubungan yang erat. Cinta adalah motivasi yang paling kuat.Cinta adalah penggerak hati, pikiran, dan tindakan. Seseorang akan merasa tergerak hatinya saat sesuatu yang dicintainya disebutkan. Cinta menggerakan pecinta untuk mencari yang dicintainya.
Objek cinta itu begitu banyak. Mereka adalah ujian bagi kita semua. Cinta terhadap lawan jenis, cinta terhadap keluarga, cinta terhadap harta benda, cinta terhadap tanah air, dan cinta terhadap hal-hal lainnya.
Namun tahukah bagi Anda, bahwa cinta itu adalah tawanan?

Cinta Itu Adalah Tawanan

Apa yang dimaksud bahwa cinta itu adalah tawanan? Siapa yang ditawan? Cinta menawan hati. Sebab hati akan tunduk demi mengejar apa yang dicintainya. Banyak sekali orang yang rela melakukan apa pun demi yang dicintainya. “Gunung kan kudaki, lautan akan kusebrangi.” begitu kata syair yang menggambarkan bagaimana hati tertawan oleh cintanya kepada kepada seorang gadis pujaan. Lihatlah… banyak orang yang melakukan segala cara untuk mendapatkan harta dan jabatan. Yang haram dihalalkan, apa pun dilakukan demua cintanya kepada harta dan jabatan.
Cinta selalu menggerakkan hati pada apa yang dia inginkan. Keinginan diri inilah yang disebut dengan hawa nafsu. Sehingga dengan cinta ia menjadikan hatinya sebagai tawanan hawa nafsu, mengikuti apa yang dikatakan hawa nafsu dan menjadikan hawa nafsu dengan pimpinannya dalam hidup. Sehingga masuklah dia ke dalam fintah syahwat, yang menghalangi hatinya dari petunjuk dan rahmat.

Kemerdekaan Itu Datang Dari Tauhid

Tauhid membebaskan hati ini dari tawanan hawa nafsu. Bebas dari tawanan cinta harta, jabatan, popularitas, anak, lawan jenis, dan objek cinta yang berasal dari hawa nafsu. Bukan berarti, kita tidak lagi mencintai mereka. Namun, dengan kehadiran tauhid, maka hawa nafsu sudah bisa ditundukan, sehingga cinta kita tidak lagi hanya digerakan oleh hawa nafsu, tetapi digerakan oleh cinta kita kepada Allah sebagai konsekuensi tauhid.

Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Anda akan terbebas dari kesedihan yang tidak perlu. Seseorang yang melakukan hal-hal yang dilarang agama demi cintanya, artinya belum ada tauhid pada dirinya, setidaknya masih sedikit. Orang yang hatinya sudah dipenuhi dengan cinta kepada Allah, tidak mungkin menduakan cintanya dengan sesuatu yang rendah. Tidak mungkin meninggalkan Allah (yang dicintainya) demi cinta kepada selainnya.
Kita boleh mencintai lawan jenis, namun kita tidak akan pernah melakukan yang dilarang seperti mendekati zina bahkan melakukan zina, bunuh diri, durhaka kepada orang tua, dan perbuatan munkar lainnya. Sebab perbuatan-perbuatan tersebut dimurkai oleh cinta sejati kita, yaitu Allah SWT. Begitu juga, cinta kita kepada keluarga, harta, jabatan, dan objek cinta lainnya tidak akan menggerakan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah SWT sebagai cinta sejati kita.

10 Hari Pertama Bulan Ramadhan


Assalamualaikum Wr. Wb.
Fase 10 Hari Pertama Bulan Ramadhan di sebut dengan Malam Rahmat, 10 Hari Kedua di sebut dengan Maghfiroh, dan 10 Hari Ketiga disebut dengan Itsfunminannar (pembebasan dari Api Neraka).
Suatu Ketika Para Sahabat Bertanya Kepada Rasullullah saw, YaRasullullah, apa sih sebenarnya keutamaan (kelebihan) Sholat Sunnat Tarwih Pada Bulan Ramadhan?,lalu Rasullullah pun menjawab sebagaimana   yang dijelaskan dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Saiyidian Ali(r.a), Kelebihan Sholat Sunnat Tarwih Pada bulan Ramadhan Adalah sbb :

Malam Pertama :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam pertama Ramadhan, maka ia akan keluar dari dosa dosa sebagaimana ia baru di lahirkan

Malam Kedua :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam dua Ramadhan, maka dosanya dan kedua dosa ibu bapak nya akan di ampuni oleh SWT

Malam Ketiga :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ketiga Ramadhan, maka maka malaikat yang ada di Arsy berdoa kepada Allah agar diampuni dosa kita

Malam Ke empat :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke empat Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala dari orang2 yang membaca kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur'an

Malam Ke Lima :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam lima Ramadhan, maka Allah akan Memberikan Pahala sebagaimana Pahala nya orang2 yang sholat di masjidil Haram, Masjid Madina dan Aqsa.

Malam Ke Enam :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke enam Ramadhan, maka Malaikat yang tawaf di Baitul Makmur (70Ribu malaikat) serat batu2 dan tanah mendoakan orang2 yang melaksanakan sholat tarwih pada malam ini.

Malam Ke Tujuh :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke tujuh Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala Se akan2 bertemu dengan Nabi Musa dan Berjuang mengalahkan musuh ketatnya yaitu Fi'aun dan Hamman.


Malam Ke delapan :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam kedelapan Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala yang di lakukan nabi Ibrahim As

Malam Ke Sembilan :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke sembilan Ramadhan, maka ia akan di naikkan mutu dan nilai ibadah nya sebagaimana mutu dan Ibadah Nabi Muhammad SAW.


Malam ke Sepuluh :
Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke sepuluh Ramadhan, maka Allah 
akan mengkaruniakan kepadanya kebaikan dunia dan Akhirat.

ANDAI ESOK AKU MATI...

Andai esok aku mati
Ku ingin mati tanpa ada beban
Agar hisab ku nanti ringan
Agar di akhirat aku senang

Andai esok aku mati
Moga bekal ini mencukupi
Moga iman tetap di hati
Moga semua insan meridhoi

Andai esok aku mati
Kuingin tiada sepeserpun utang yang blm tergantii
Tiada setitikpun salah yang blm termaafi
Tiada sebentuk hati pun yang tersakiti

Andai benar2 esok aku mati
Ya Robb ampunilah segala dosa diri
Cukupilah bekal amal ini
Agar ringan langkahku nanti
MenghadapMu ya ilahi Robbi

Andai memang benar telah datang waktuku
Mak..pak...saudara/iku...
Maafkan ya salahku...
Maafkanlah silapku...
Maafkanlah lancangku..
Maafkan jika aku belum sempat berbakti
Membalas segala jerih payah budi

Andai ajal itu telah menanti
Kawan...akhi...ukhti...
Relakanlah aku pergi...
Dan afwan jika selama ini ada salah dan dosa
yang ku perbuat...
Yakinlah, semua itu tanpa ku inginkan terjadi...

Tapi jika ditanya tentang keinginan diri
Sesungguhnya aku belum ingin mati
esok hari....
Karena aku belum punya sesuatu yang dapat di warisi
Dibumi ini....

Bagaimana mungkin surga terindah kan ku raih
Jika ridho suami blm ku peroleh
Bagaimana mungkin aku punya amal jariah
Jika ilmu dan harta tak kumiliki
Apalagi punya anak yang sholeh lagi berbakti
Sedang amal selama ini blm jelas apakah diRidhoi...

Ya Robb, jika diri boleh meminta
Berilah hamba kesempatan kedua
Kan ku isi hari-hariku dengan hal yang berguna
Kan ku usahakan semua amal tak sia-sia

Ya Robb, jika diri boleh memohon
Berilah hamba jatah rezeki yang lapang
Sempatkanlah hamba mereguh surga dunia
Seperti Rasulullah kata "Binnati jannati"

Ya Robb, Adakah waktu untukku
Ku ingin membahagiakan orang tuaku
Engkau Tahu kan Tuhanku...
Ku ingin menjadi akhwat sholeha karena JanjiMu
Karena janji Mu Tuhanku...
Bahwa Engkau akan mengabulkan doa anak kepada ortu
Tanpa hijab tanpa penghalang jika aku berbakti padaMU

Ya Robb, Moga umurku masih panjang
Moga Esok bukan waktuku pulang

Ini bukan karena kecintaanku pada dunia
Tapi  lebih disebabkan karena Karunia dan kasih sayangMu semata....

Senin, 08 Agustus 2011

Menyebarkan Salâm


Penulis: Al-Ustâdzah Ummu ‘Abdirrahmân bintu ‘Imrân
Satu kebiasaan yang ringan namun bisa jadi jarang diterapkan di tengah keluarga kita adalah menyebarkan salam. Padahal banyak buah kebaikan yang bisa dipetik dari ucapan yang mengandung muatan doa ini.
Salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat muslim adalah menyebarkan salam. Karena dengannya akan tumbuh rasa saling cinta di antara mereka, biarpun tidak saling mengenal.
Betapa banyak kita temui anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita untuk menyebarkan salam. Sebagaimana disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia1. Jika dia sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)
Dinukilkan pula oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”(HR. Muslim no. 54)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Beliau juga menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menukilkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوْا
“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 604: hasan)
Maksudnya di sini, kalian akan selamat dari sikap saling menjauh dan pemutusan hubungan, serta akan langgeng rasa saling cinta di antara kalian. Hati kalian pun akan bersatu, dan hilanglah permusuhan serta pertikaian. (Faidhul Qadir, 2/22)
‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
اعْبُدُوا الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا السَّلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ
“Ibadahilah Ar-Rahman, berikan makanan dan sebarkan salam, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi no. 1855, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi: shahih)
Banyak nukilan ucapan para salaf kita yang shalih yang menunjukkan keutamaan mengucapkan salam. Di antaranya dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ السَّلاَمَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ اللهُ فِي اْلأَرْضِ، فَأَفْشُوْهُ بَيْنَكُمْ، إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ، لِأَنَّهُ ذَكَّرَهُمُ السَّلاَمَ، وَإِنْ لَمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَأَطْيَبُ
“Sesungguhnya As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi, maka sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya bila seseorang mengucapkan salam kepada suatu kaum, lalu mereka menjawab salamnya, maka dia memiliki keutamaan derajat di atas mereka karena dia telah mengingatkan mereka dengan salam. Dan bila tidak dijawab salamnya, maka akan dijawab oleh makhluk yang lebih baik darinya.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albanirahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 793: shahih secara mauquf, shahih juga secara marfu’)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan:
أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ
“Orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan salam.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahudalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 795: shahih secara mauquf, shahih juga secara marfu’)
Setelah mengetahui keutamaan amalan ini serta pentingnya dalam kehidupan masyarakat muslimin, tentu tak layak bila kita remehkan. Lebih-lebih berkaitan dengan pendidikan anak-anak kita. Semenjak awal mestinya mereka dikenalkan dan dibiasakan dengan ucapan salam sebagaimana yang diajarkan oleh syariat ini.
Bagaimana mungkin akan kita biarkan anak-anak kita saling mengucapkan salam atau melontarkan sapaan dengan ucapan yang tidak dicontohkan oleh RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam, atau bahkan mengadopsi dari kebiasaan orang-orang kafir? Betapa banyak kaum muslimin yang masih membiasakan anak-anak mereka ketika berpisah melambaikan tangan sambil mengatakan, “Daaag!” Atau ketika bertemu dengan anak-anaknya dia menyapa, “Halo, Sayang!” Begitu pula si anak akan menjawab, “Halo, Papa! Halo, Mama!”
Betapa banyak itu terjadi, dan masih banyak pula gambaran yang lain. Sementara contoh yang begitu gamblang kita dapatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau biasa menyapa dan menyampaikan salam kepada anak-anak para shahabat.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghabiskan masa kecilnya dalam bimbingan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menceritakan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu dengan anak-anak kecil lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Muslim no. 2168)
Peristiwa yang disaksikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ini membekas dalam dirinya, sehingga Anas pun melakukannya. Diriwayatkan oleh Tsabit Al-Bunanirahimahullahu, bahwa dia pernah berjalan bersama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, melewati anak-anak kecil. Lalu Anas mengucapkan salam kepada mereka, dan mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa melakukannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168)
Perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini diikuti pula oleh sahabat yang lainnya. Diceritakan oleh ‘Anbasah bin ‘Ammar rahimahullahu:
رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يُسَلِّمُ عَلَى الصِّبْيَانِ فِي الكُتَّابِ
“Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar memberi salam kepada anak-anak kecil di kuttab2.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albanirahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 797: shahihul isnad)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan tentang hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu di atas: “Hadits ini menunjukkan disenanginya memberi salam kepada anak-anak yang berusia tamyiz.” (Syarh Shahih Muslim, 14/148)
Al-Hafizh rahimahullahu menukil penjelasan Ibnu Baththal rahimahullahu: “Dalam pemberian salam kepada anak-anak ini terdapat pendidikan terhadap adab-adab syariat. Di dalamnya terkandung pula sikap menjauhi kesombongan pada diri orang-orang yang besar, perilaku tawadhu’, serta lemah-lembut kepada orang-orang di sekitar.” (Fathul Bari, 11/40-41)
Memperdengarkan Ucapan Salam
Ketika menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan ucapan salamnya. Diriwayatkan oleh Tsabit bin ‘Ubaid rahimahullahu:
أَتَيْتُ مَجْلِسًا فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ فَقَالَ: إِذَا سَلَّمْتَ فَأَسْمِعْ، فَإِنَّهَا تَحِيَّةٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةٌ طَيِّبَةٌ
“Aku pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Maka beliau berkata, ‘Apabila engkau mengucapkan salam, perdengarkan ucapanmu. Karena ucapan salam itu penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan’.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 769: shahihul isnad)
Ucapan Salam ketika Datang dan Pergi
Anak-anak sudah semestinya dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika datang dan pergi. Perlu pula mereka mengetahui, ucapan salam yang lebih utama. Seseorang yang mengucapkan salam dengan sempurna tentu memiliki keutamaan.
Diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ رَجُلاً مَرَّ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ مَجْلِسٍ، فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالَ: عَشْرَ حَسَنَاتٍ. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ، فَقَالَ: عِشْرُوْنَ حَسَنَةً. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ: ثَلاَثُوْنَ حَسَنَةً. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يُسَلِّمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَوْشَكَ مَا نَسِيَ صَاحِبُكُمْ، إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَجْلِسَ فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، وَإِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ، مَا اْلأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ اْلآخِرَةِ
Ada seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang berada di suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu ‘alaikum.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.” Datang lagi seorang yang lain, lalu berkata, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi.” Beliau bersabda, “Dia mendapat duapuluh kebaikan.” Ada seorang lagi yang datang, lalu mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat tigapuluh kebaikan.” Kemudian ada seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa mengucapkan salam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu lupa. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis, hendaknya dia mengucapkan salam. Bila ingin duduk, hendaknya dia duduk. Bila dia pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan salam. Tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam yang akhir.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 757: shahih)
Yang Muda Memberi Salam pada yang Lebih Tua
Hendaknya anak-anak diajari pula agar memberi salam kepada orang yang lebih tua. Demikian yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan beliau yang dinukilkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ
“Yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.” (HR. Al-Bukhari no.6234 dan Muslim no. 2160)
Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan, sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafizhrahimahullahu: “Pemberian salam orang yang lebih muda (kepada yang lebih tua, -pent.) disebabkan hak orang yang lebih tua. Karenanya orang yang lebih muda diperintahkan untuk memuliakannya serta bersikap rendah hati kepadanya.” (Fathul Bari, 11/22)
Mengucapkan Salam ketika Masuk Rumah
Hal yang tak patut ketinggalan dalam pembiasaan salam adalah mengucapkan salam ketika masuk rumah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةً طَيِِّبَةً
“Apabila kalian memasuki rumah, maka ucapkanlah salam bagi diri kalian sebagai penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan.” (An-Nur: 61)
Yang dimaksudkan di sini, mencakup rumah miliknya maupun rumah orang lain, baik di rumah itu ada orang ataupun tidak. Makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala“Maka ucapkanlah salam bagi diri kalian”, hendaknya seseorang mengucapkan salam kepada yang lainnya. Karena kaum muslimin itu bagaikan satu individu, dari sisi saling cinta dan saling menyayangi serta mengasihi di antara mereka. Sehingga ucapan salam disyariatkan ketika memasuki semua rumah, tanpa dibedakan rumah yang satu dengan yang lain. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 575)
Dijelaskan pula oleh para pendahulu kita yang shalih, di antaranya Mujahid dan Qatadah, “Apabila engkau masuk rumah untuk menemui keluargamu, ucapkanlah salam kepada mereka. Apabila engkau masuk rumah yang tak berpenghuni, ucapkanlah: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/431)
Ini perlu dibiasakan pada anak-anak, karena orang yang masuk rumah dengan mengucap salam memiliki keutamaan. Diriwayatkan oleh Abu Umamah Al-Bahiliradhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: (مِنْهَا) وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada tiga orang yang mendapat jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, (di antaranya) seseorang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia mendapatkan jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Abu Dawud no. 2494, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih)
Menjawab Salam dengan yang Lebih Baik
Tak lepas dari permasalahan ini, anak-anak diajarkan pula cara menjawab salam sebagaimana dituntunkan oleh syariat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan:
وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا
“Dan apabila kalian diucapkan salam penghormatan, balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa)…” (An-Nisa`: 86)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan, “Apabila seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, balaslah dengan ucapan salam yang lebih utama daripada yang dia ucapkan, atau balaslah sebagaimana yang dia ucapkan. Sehingga membalas dengan menambah ucapan salam itu disunnahkan, dan membalas dengan ucapan yang sama itu diwajibkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/269)
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orangtua dalam menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh seorang pengajar yang mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Seorang pengajar apabila memasuki kelas hendaknya mengucapkan salam dengan mengatakan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, dan hendaknya dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami yang agung, yang memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara murid, maupun antara pengajar dengan muridnya.”
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu berupa kalimat ‘selamat pagi’ atau ‘selamat sore’. Namun tidak mengapa bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan perkataan itu dengan sedikit perubahan, seperti misalnya ‘Semoga Allah berikan kebaikan padamu pagi ini’, sehingga ucapan itu mengandung makna doa….” (Nida` ilal Murabbiyin wal Murabbiyat, hal. 17)
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum muslimin. Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai gantinya, menghidupkan sunnah yang demikian benderang ini dalam kehidupan kita dan anak-anak kita.
Wallahu ta’ala a’lamu bish -shawab.